Selasa, 23 September 2008

Perjalanan ke Pulau Maya, KKU (8): Ikatan Kekeluargaan dan Kebersamaan Itu Masih Kokoh

Oleh: Yusriadi


SAYA kembali ke rumah. Di sana sedang dilangsungkan pertemuan antara rombongan KF STAIN Pontianak dengan masyarakat. Saya mendengar Yapandi Ramli dan Bang Yapandi memberikan penjelasan tentang program-program ke depan. Saya juga mendengar pertanyaan-pertanyaan dari warga.



Saya lihat pertemuan berjalan dengan hangat. Sesekali ribut, karena secara bersamaan beberapa orang bersuara dan memberi komentar.
Pertemuan ini mengingatkan saya pada kebersamaan. Kebersamaan orang kampung.
Saya kira tanpa kebersamaan dan ikatan kekeluargaan, pertemuan ini tidak akan berlangsung. Bayangkan, undangan disampaikan last minute. Orang bisa datang. Penduduk mau membatalkan rencana mereka ke kebun atau ke ladang mereka. Masyarakat bersedia mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan bersama. Saya kira, ini adalah modal sosial yang sangat penting dan berharga. Selayaknya terus dipertahankan.

PENDUDUK kampung Parit Baru ini sudah menunjukkan betapa kebersamaan mereka telah menuaikan hasil yang luar biasa. Karena kebersamaan ini, mereka bisa membangun madrasah ibtidayah.
Sekolah itu tidak jauh dari rumah Pak Kaed.
Saya mendapat cerita menarik soal pendirian sekolah. Sekolah itu dibangun oleh masyarakat. Karena masyarakat merasa penting adanya sekolah agama, lalu mereka berembug mencari cara bagaimana mendirikan sekolah.
Ada yang bersedia mewakafkan tanah untuk bangunan. Ada yang bersedia menyumbangkan uang, padi hasil panen, dll. Ada yang berusaha mengubungi Departemen Agama di Ketapang untuk mendapatkan bantuan.
Sumbangan-sumbangan inilah yang kemudian digunakan untuk membangun sekolah ini. Sumbangan-sumbangan inilah yang pada mulanya diandalkan untuk kepentingan operasional sekolah, termasuk untuk honor guru.
Dan sampai sekarang. Sekarang bangunan sekolah sudah cukup bagus. Untuk ukuran sekolah rakyat saya kira sekolah ini patut diberikan apresiasi.
Kegiatan belajarnya umumnya berjalan lancar, dibandingkan keterbatasan yang ada.
Kecuali hari itu, sekolah diliburkan, sebab gurunya mengurus pertemuan rombongan STAIN dengan masyarakat.

MENJELANG siang pertemuan itu selesai. Kami salat Zuhur dan makan siang. Saya sangat terkesan pada menu yang disajikan. Bumbu yang dipakai untuk memasak ayam kampung, saya rasa bumbu yang istimewa.
Setelah pamit, kami melanjutkan perjalanan.
Kami memilih jalan berbeda, karena masih ada pertemuan dengan tutor dan warga belajar di Kamboja.
Mula-mula kami melalui jalan beraspal. Kemudian jalan bersemen. Lalu jalan tanah. Meskipun tadi malam hujan, namun jalan tanah sekarang sudah kering. Kami dapat memacu kendaraan dengan cepat.
Pada pertemuan selanjutnya dengan warga belajar berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Yapandi Ramli memberikan pengarahan dan kemudian melakukan evaluasi mengenai kemampuan belajar. Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STAIN ini juga memberikan pengarahan kepada para tutor. Lalu ada urusan administrasi.
Saya kira, pertemuan itu tidak sepala dengan perjalanan kami yang susah payah, dan tidak sepala juga dengan penduduk yang sudah menunggu. Karena yang saya dengar masyarakat sudah menunggu kedatangan kami beberapa jam yang lalu. Ya, memang tidak sepala, kalau menunggu selama berjam-jam untuk pertemuan yang beberapa puluh menit saja.
Tetapi, memang begitulah. Rombongan KF juga dikejar waktu. Masih ada agenda lain. Lagian memang tujuan ke lapangan hanyalah untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan. Jadi, kalau apa yang dikehendaki sudah tercapai, ya, sudah. Cukup. Bersambung.



0 komentar: