Senin, 27 Oktober 2008

Siapa yang Akan Menjadi Walikota Pontianak?

Yusriadi
Borneo Tribune, Pontianak

Siapa yang akan terpilih menjadi walikota Pontianak? Siapa yang akan menang dalam pemungutan suara hari ini (Sabtu, 25/10/08)?


Pertanyaan ini terus menggelinding. Tema seputar siapa yang akan dipilih menjadi tema utama percakapan warga kota Pontianak kemarin.
Saya mendengar percakapan itu di rumah saudara. Di kantor. Di masjid. Juga di warung makan.
Analisanya macam-macam. Tidak bulat. Semua calon mendapat prediksi. Semua calon mungkin memang. Teori yang mendukung kemenangan juga unik-unik. Ada yang memilih karena calon itu satu agama. Ada yang mempertimbangkan karena calon itu satu suku. Ada yang memilih berdasarkan pertimbangan calon itu dari partai tertentu. Ada yang memilih calon berdasarkan ikatan keluarga, ada yang akan memilih calon karena hubungan personal dengannya selama ini baik. Calon ini suka memberikan bantuan kalau diajukan proposal, dll. Kelihatannya ikatan emosional dianggap lebih penting untuk menjadi modal dukungan bagi walikota Pontianak kelak.
Saya merasa lebih unik lagi, karena hampir tidak ada yang mengatakan memberikan dukungan terhadap calon karena program yang diusungnya baik. Pada hari terakhir, program tidak dianggap penting.
Saya sendiri menjadi gamang ketika mendengar berbagai pendapat itu.
Tetapi mau apa, beginilah kenyataan. Banyak masyarakat –bahkan masyarakat kelas menengah kota yang masih belum benar-benar memikirkan masa depan kota Pontianak. Masih banyak yang belum benar-benar peduli, pada siapa masa depan kota ini diletakkan.
Saya, jadi merenung sendiri, apakah cara berpikir saya yang salah? Apakah cara berpikir saya yang membuat saya menjadi gamang?

SAYA berpendapat, kalau para pemilih memikirkan masa depan kota Pontianak selayaknya mereka memikirkan beberapa hal. Pertama, program calon. Program penting dijadikan panduan untuk melihat apakah seorang calon itu memiliki sesuatu yang bisa dijanjikan. Kekuatan visi seorang kepala daerah pasti akan menjadi modal dia dalam membawa kota ini lebih maju.
Memang, pemilih juga harus hati-hati terhadap janji-janji itu. Karena kadangkala janji-janji itu bisa janji-janji kosong. Oleh sebab itu, setiap pemilih harus bisa menimbang apakah janji yang diucapkan calon itu masuk akal atau tidak. Janji yang tidak masuk akal mungkin hanya diucapkan sekadar ‘manis mulut berbisa’. Untuk menipu pemilih.
Kedua, track record calon. Seharusnya, hanya calon yang mempunyai record baiklah yang dipilih. Seharusnya hanya orang yang mempunyai masa lalu yang baiklah yang bisa dititipkan masa depan. Bisakah kita menitipkan masa depan untuk orang yang selama ini kita ragukan kejujurannya? Tentu tidak. Pasti kita hanya berani menitipkan sesuatu (hatta masa depan) terhadap orang yang kita percaya.
Memang adakalanya masa lalu harus dilupakan. Misalnya bagi orang yang sudah tobat, atau bagi mereka yang sudah insyaf. Namun, tentu saja harus hati-hati. Kalau tobatnya hanya menjelang pencalonan, tentu saja orang seperti ini tidak meyakinkan.
Pada akhirnya memang semua pilihan masa depan terletak pada kepercayaan. Kalau kita memang percaya, kalau hati kita yakin, kita bisa memberikan pilihan dengan baik. Tidak mungkin kita salah pilih hanya karena emosi dan pertimbangan materi.
Selamat memilih.




0 komentar: