Selasa, 17 Februari 2009

Malay Corner Bertemu MABM Kalbar: BICARAKAN RENCANA WORKSHOP PENULISAN BUKU MELAYU DI KALBAR

Oleh Yusriadi

Senin, 16 Februari 2009. Pukul 10.02. Rombongan pengurus Malay Corner (MC), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak datang ke rumah Melayu Kalbar di Jalan Sutan Syahrir Pontianak. Dalam rombongan itu Direktur MC Ibrahim M Shaleh. Sekretaris MC Didi Darmadi. Anggota MC yang juga Kepala Perpustakaan STAIN Pontianak Fahrizandi.



Rombongan ini mengadakan pertemuan dengan Ketua MABM Kalbar H. Imien Thaha.
MC datang menawarkan kerja sama.
Saat ini, MC sedang menyusun rencana workshop penulisan buku Melayu di Kalimantan Barat.
“Kegiatan ini besar, pekerjaan ini akan berat jika dikerjakan sendiri. MC mengajak MABM bekerjasama dalam program ini. Pekerjaan besar akan menjadi mudah jika dikerjakan bersama-sama,” kata Ibrahim.
MC juga akan mengajak pihak lain untuk mengerjakan rencana monumental ini bersama-sama.
Workshop rencananya akan digelar di kantor MC, Lt 2 Bangunan Perpustakaan STAIN Pontianak. Melibatkan 20 peserta dari berbagai kalangan. Terutamanya akademisi dan peneliti yang konsen terhadap masyarakat Melayu.
Jumlah sebanyak ini, sesuai dengan jumlah subkelompok Melayu di Kalbar yang diketahui sejauh ini. 20 subkelompok itu adalah: Melayu Pontianak, Mempawah, Landak, Mempawah, Sambas, Kubu, Sukadana, Ketapang, Laur, Sanggau, Sekadau, Sintang, Pinoh, Silat, Selimbau, Embau, Bunut, Boyan, Badau, Putussibau.
Peserta yang mengikuti workshop ini masing-masing akan menulis tentang subkelompok Melayu di Kalimantan Barat itu. Tulisan yang dibuat diusahakan sejajar informasinya antara satu komunitas Melayu dengan komunitas Melayu yang lain. Pada bagian pertama akan ditulis tentang identitas, populasi, sejarah, bahasa dan keadaan hari ini.
Menurut Ibrahim sebagian dari subkelompok Melayu ini sudah ditulis. Misalnya, tentang Melayu Pontianak sudah ditulis oleh Haitami Salim, Abdurrahman Abror, dll. Tentang Melayu Mempawah sudah ditulis oleh Elyas Suryani Soren. Tentang Kayong sudah ditulis oleh Dardi Has. Tentang Landak sudah ditulis Syafaruddin Usman. Tentang Sambas sudah ditulis Chairil Effendy, Muin Ikram, dll. Tentang Sanggau sudah ditulis Zahry Abdullah. Tentang Embau sudah ditulis Yusriadi dan Hermansyah. Dan seterusnya.
Melalui usaha penerbitan buku, diharapkan informasi yang sudah ditulis dan diterbitkan itu bisa disatukan dalam satu buku. Upaya ini akan memudahkan orang mencari informasi mengenai Melayu di Kalbar.
“Selain itu, dengan usaha ini, informasi yang disajikan bisa lebih seragam dalam soal format dan kedalamannya,”
MC menargetkan pada Juli 2009, bahan ini sudah siap terdokumentasikan dan diterbitkan menjadi buku.
Selain menulis buku tentang Melayu, MC juga merancang mengkompilasikan hukum adat Melayu dari berbagai daerah.
“MC berharap dengan jaringan yang dimiliki MABM di tiap kabupaten akan memudahkan upaya menerbitkan kompilasi itu,” kata Ibrahim.
Imien Thaha terlihat antusias mendengar presentasi rombongan MC. Katanya, MABM sangat mendukung rencana ini.
“Upaya ini penting untuk sejarah kita,” katanya.
Imien juga berharap buku-buku ini akan menambah khazanah informasi mengenai masyarakat Melayu di Kalimantan Barat. Karena bahan yang lengkap mengenai masyarakat Melayu di Kalimantan Barat belum ada.
Imien juga berharap suatu saat kelak, usaha-usaha lain dilakukan.
Ketua MABM Sangau, M Nasir yang kebetulan bersama Ketua MABM Kalbar menerima MC memberikan apresiasi serupa.
“Kalau datang ke Sanggau, nanti kami bantu,” katanya.
Nasir kemudian menceritakan bahwa dia sudah menulis buku tentang adat perkawinan Sanggau. Saat ini dia sedang mengusahakan penulisan kamus bahasa Melayu Sanggau.
Kepada MC dia berharap suatu saat dapat diusahakan penulisan enseklopedi Melayu Kalimantan Barat.



0 komentar: