Sabtu, 12 September 2009

Kemelut Hubungan Indonesia - Malaysia; BAZRUL: PERLU PEMAHAMAN BUDAYA


Oleh Yusriadi
Borneo Tribune, Pontianak

Kemelut hubungan Indonesia dan Malaysia sekarang tidak perlu terjadi. Dua Negara serumpun ini dapat menjembatani kemelut antar mereka dengan pendekatan pemahaman budaya.

Demikian pendapat yang disampaikan Dr. Bazrul Bahaman, Timbalan Pengarah Institut Kerjasama Indonesia Malaysia (IKIM), Universiti Industri Selangor Malaysia, dalam percakapan dengan saya di Pontianak kemarin.


Katanya, kemelut budaya seperti yang terjadi antara Indonesia-Malaysia sebaiknya dilihat dari konteks budaya.
“Indonesia dan Malaysia memiliki akar yang sama. Asal usulnya sejarahnya sama. Karena itu wajar jika mereka pun memiliki budaya yang sama,” katanya.
Menurutnya, ikatan budaya yang wujud di antara masyarakat di dua negera ini wujud lebih awal dibandingkan wujudnya batas administrasi politik kedua Negara ini. Ditambahkannya, batas administrasi politik itu diciptakan penjajah sejak abad ke 19 hingga sekarang. Sedangkan ikatan budaya sudah ada jauh sebelum batas itu diciptakan. Kebersamaan ikatan ini yang akan terus menyebabkan terjadinya kepemilikan budaya yang sama – dan pada akhirnya diperebutkan dan lantas menjadi isu yang dapat merenggangkan hubungan antara kedua jiran ini.
Untuk menyelesaikan masalah yang terus mencuat ini, Bazrul menyarankan agar kedua Negara ini membentuk kerjasama budaya khususnya kerjasama dalam konteks pematenan ciri budaya.
“Kerja sama budaya ini kira-kira bentuknya merujuk kepada kerjasama dalam bidang bahasa, yaitu melalui MABBIM (Majelis Bahasa Brunai, Indonesia dan Malaysia). Kalau kerja sama bahasa ada, kerja sama budaya juga boleh dibuat,” ujarnya.

Kerja Sama IKIM

Bazrul datang ke Pontianak dalam rangka menjajaki kemungkinan kerjasama antara IKIM Unisel dengan perguruan tinggi yang ada di Pontianak.
Kata Bazrul, IKIM memiliki program membawa mahasiswa belajar melalui kunjungan di universitas lain.
“Selama ini Unisel melakukan kerjasama dengan Universitas Riau. Mahasiswa kami melakukan kunjungan belajar di sini selama beberapa hari, belajar bagaimana cara pelajar universitas di perguruan tinggi yang dikunjungi, belajar,“ katanya.
“Kalau bisa kami ingin juga membawa mahasiswa ke Pontianak,“ tambahnya.
Selain itu, lulusan Universiti Malaya yang menulis disertasi tentang Budaya Politik Melayu ini akan berbicara dalam Seminar Melayu Nusantara 1 yang diselenggarakan Malay Corner Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak pagi ini.
Bazrul akan menyampaikan materi tentang Budaya Politik Melayu, tampil bersama Ketua Majelis Adat dan Budaya Melayu (MABM) Kalbar yang juga Rektor Untan Pontianak Prof. Dr. Chairil Effendi, dan Pembina MC STAIN yang juga Ketua STAIN Pontianak Drs. Haitami Salim, M.Ag.


0 komentar: