Sabtu, 10 Oktober 2009

Air Bersih di Kampung Riam Panjang

Oleh Yusriadi
Redaktur Borneo Tribune

Pernah lihat orang minum air dari keran? Sepanjang hampir 19 tahun di Pontianak, belum pernah saya lihat ada orang mau minum air langsung dari ledeng. Kalaupun dahulu ada, saya hanya pernah melihat promisi dari Direktur Utama PDAM Pontianak Syahril Jafarin, yang kemudian pindah ke Jakarta. Syahril menunjukkan hal itu di ruang kerjanya beberapa tahun lalu.



Tetapi, waktu itu saya tidak begitu percaya bahwa air yang dicoba itu benar-benar seperti air yang masuk ke rumah penduduk. Pengamalan saya, jangankan air mentah, air ledeng yang dimasuk sekalipun tidak enak diminum. Ada rasa obat kata orang. Obat apa, entahlah! Pastinya, tidak seperti rasa air hujan.
Pada akhirnya orang Pontianak lebih suka minum air hujan yang mereka tadah dalam tempat penampungan air di rumah mereka. Paling, sekarang ada sedikit perubahan, orang cenderung minum air gallon atau disebut air isi ulang, yang entah sumbernya dari mana.
Tetapi, pekan lalu, ketika saya berada di Riam Panjang, teman saya, orang Pontianak, mencoba minum air ledeng. Dia terkagum-kagum melihat air ledeng yang begitu jernih.
“Luar biasa”.
Dia membuka keran di samping rumah, dan kemudian mulutnya disongsongkan ke ujung keran yang sudah dibuka.
“Airnya manis“.
Kami yang melihatnya tertawa. Dia membandingkan air ledeng di mana-mana tempat di daerah di Indonesia yang sudah dikunjunginya.
“Lebih lagi kalau dibandingkan air ledeng di Pontianak,”
Saya maklum perbandingnnya. Saya tahu kondisi air ledeng di Pontianak. Beberapa pekan lalu saya rasa air ledengnya asin. Warnanya, agak kurang jernih. Air ledengnya terintrusi air laut. Maklum ambilnya dekat-dekat Pontianak juga.
Air ledeng di kampung Riam Panjang bersumber dari air terjun Gurung Namuk di sebuah sungai di hulu kampung. 700 kilometer di hulu sungai Kapuas di anak sungai Penyeluang di antara bukit-bukit.
Ceritanya, air terjun Gurung Namuk dipilih karena debit airnya cukup. Sejauh ini memang kebutuhan air tercukupi. Dengan catatan, kalau musim kering suplai air memang tidak akan sama dengan kalau lagi musim hujan. Tetapi, sepanjang belasan tahun sejak ada air ledeng ini, belum pernah suplai air terhenti. Pernah air ledeng keruh karena ada pipa yang pecah.
Karena air yang jernih ini, PDAM tidak perlu memberikan obat untuk menjernihkan air, seperti yang terjadi pada air PDAM di Pontianak.
Lebih 20 tahun lalu, sewaktu kami berladang di Reyang Redan, nama tempat di hulu Gurung Namuk, kami selalu melalui gurung ini. Kami, saya dan saudara saya, paling senang lewat gurung ini jika musim hujan. Suara air terjun bergemuruh. Dari jarak yang cukup jauh, suara ini sudah terdengar. Pemandangannya menarik. Bagi saya pemandangan ini mengingatkan saya pada gelombang air yang terkena kipas motor temple (speed).
Tekanan air yang kuat ini dari tempat yang tinggi – dibandingkan letak kampung kami di pinggir Sungai Pengkadan yang agak rendah, membuat suplai air tidak lagi perlu mesin pendorong. Air dari ujung pipa di Gurung Namuk ini masuk secara alami ke rumah-rumah penduduk. Penduduk pun juga tidak perlu pakai mesin air untuk menyedot air agar mengalir ke ujung keran mereka. Tidak perlu juga mereka memotong pipa mencari air.



0 komentar: