Senin, 11 Januari 2010

Tak Ikutan FB

Oleh
Yusriadi

“Abang ndak ikut facebook?!”
Itulah kata yang diajukan seorang, kepada saya beberapa waktu lalu.
Saya tahu dia heran. Dia pasti merasa aneh, mengapa saya tidak ikut seperti orang-orang lain. Dia heran mengapa saya tidak menjalin pertemanan melalui jejaring tersebut.



Saya kira, dia memang harus heran. Sekarang – sejak satu tahun belakangan ini, orang memang sedang demam facebook (FB). Saya tahu itu karena saya melihat sendiri beberapa teman mengalami hal itu. Saya menggunakan kata ‘demam’ untuk menyebutkan betapa mereka sangat ketagihan terhadap FB itu. Bak kata, sehari tidak FB, rasa meriang, rasa tidak enak badan. Pening kepala tak bisa FB.
Tiap hari mereka merasa harus membuka computer, karena mereka merasa perlu melihat perkembangan jaringan ‘pertemanan’ di FB. Jaringan pertemanan ini membuat mereka tahan berlama-lama berada di depan computer, melayari laman web dari pagi hingga siang. Dari siang hingga malam. Dari malam hingga larut malam. Ada teman yang seharian penuh FB. Bak kata, dia jadi lupa waktu, lupa makan. Lupa kerja. Hanya sesekali dia buat kerja lain.
Apa yang dibuat mereka dengan FB? Ada yang bilang, dia bisa meninggalkan ‘kata (biasanya kata-kata bijak, atau kata pilihan)’ di FB. Ada yang bisa memberikan tanggapan terhadap tanggapan orang lain. Tanggap menanggap. Ada yang memilih chating. Justru katanya, chating memang paling asyik dilakukan.
Teman bilang, FB membuat teman memiliki banyak teman.
“Kita bisa ketemu teman lama”.
Dia menunjukkan contoh, gara-gara FB dia bertemu dengan teman sewaktu SMP dahulu. Belasan tahun sudah tidak bertemu, belasan tahun tidak ada kabar.
Tetapi, dengar-dengar, FB juga memberi ruang kepada seorang bisa menyalurkan kenakalannya. Nakal karena dia bisa merayu teman baru di FB, bisa ngegombal, dll. Saya kira, bagi orang muda dan berjiwa muda, tentu saja ngegombal ini pekerjaan yang asyik. Ada yang jadian setelah sering gombal menggombal melalui jaringan ini. Kalau tidak percaya, coba saja!
Di balik keasyikan tadi, FB juga bisa bikin masalah. Saya pernah mendengar di sebuah kantor, jaringan FB (internet?) ditutup karena ada karyawan yang tidak produktif karena FB terus. Pekerjaan menjadi tidak terurus maksimal. Dia tidak dapat menahan diri. Isolasi jaringan baru dibuka setelah ada reaksi. Saya senyum sendiri mendengar kisah seru itu. Saya senyum membayangkan betapa orang-orang pecandu FB kelimpungan tidak bisa melihat jejak terakhir pertemanannya di jaringan.
Justru itu, apa yang terjadi pada teman-teman membuat saya tidak berani ikutan FB. Saya sering diundang untuk masuk jaringan pertemanan. Tetapi sampai hari ini, saya belum ikut. Saya tidak ikut karena saya khawatir, saya akan seperti teman yang kecanduan duluan. Saya akan menjadi orang yang (semakin) gombal. Saya akan menjadi orang yang (semakin) narsis. Saya khawatir, waktu di depan computer jadi lebih banyak dihabiskan untuk FB. Padahal, banyak pekerjaan lain yang harus saya kerjakan.
Sungguh, saya hampir yakin, kalau saya masuk dalam jaringan FB saya akan sangat aktif dalam jejaring ini. Bayangkan, ada teman meninggalkan komen di “dinding” FB saya, masak saya tidak balas? Mungkin saya juga akan tertarik membuka komentar teman-teman dan meninggalkan komentar di sana. Mungkin saya akan tertarik untuk ngegombal dan menyalurkan kenakalan. Kalee…



0 komentar: