Jumat, 02 Juli 2010

Trademark Kota Pontianak

Oleh Yusriadi
Redaktur Borneo Metro
Tiba-tiba terlintas bayangan dalam benak saya: Orang berkumpul di sepanjang Jalan Ahmad Yani Pontianak. Mereka yang melakukan jogging dan jalan-jalan bersama anak istri. Peminat futsal, bermain santai di atas aspal. Sebagian lagi memilih bersenam erobik atau taichi. Di bagian tertentu di jalan ini ada yang jualan makanan ringan, yang lain jualan perlengkapan olah raga atau mainan.



Mengapa bayangan itu terlintas? Rudi Agus pasalnya. Rudi, yang kini menjadi Pimred Metro Pontianak bertemu saya kemarin, usai salat Jumat di masjid Syahid Pontianak. Panjang cerita, Rudi menceritakan bahwa dia sedang mengupayakan program car free day di setiap daerah. Di Pontianak program itu sudah dicanangkan oleh Gubernur Kalbar; kawasan yang dipilih adalah Jalan A. Yani Pontianak. Salah satu ruas jalan A Yani, yakni jalur dari simpang empat A. Yani – Ahmad Dahlan, hingga belokan SPBU OSO, dipilih sebagai kawasan jalan bebas di hari Minggu mulai pukul 07.00-09.00. Namun, di tengah perjalanan, program ini ada yang protes.
Walaupun begitu, program ini terus berjalan. Ada dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Pontianak.
Sampai hari ini kegiatan itu berjalan, walaupun perjalanannya tidak seperti yang dibayang pencetusnya.
“Kita inginkan Jalan A Yani ini bisa menjadi tempat alternative berkumpulnya warga di hari Minggu, selain stadion,” kata Rudi.
Ya, saya kira, impian itu bukan impian kosong. Pasti bisa diwujudkan. Bisa -- jika sosialisasinya berjalan, jika program itu dikemas dengan baik sehingga jadi menarik.
Seperti Rudi, saya sudah bisa membayangkan satu ruas jalan itu akan menjadi tempat orang berkumpul untuk berbagai tujuan – untuk olahraga, santai, wisata keluarga, dan juga untuk berjualan.
Tidak sulit membayangkan tempat seperti itu. Monas, Jakarta, merupakan contohnya. Di luar negeri, di Malaysia, sudah ada misalannya: pasar malam (minus olahraganya).
Saya kira, jika Buchary membangun beberapa trade mark kota Pontianak, Sutarmijdi dapat juga melakukan hal itu. Ada monumennya.
Lantas saya teringat upaya yang sekarang dilakukan Sutarmidji: penataan kawasan Kota Baru Pontianak. Di Kota Baru itu dibangun tugu indah. Ada taman kecil, ada tempat santai, ada air mancur. Tugu itu sekarang sudah menjadi salah satu objek wisata: sering saya melihat orang singgah di sini, sembari foto-foto.
Di Kubu Raya, tugu di persimpangan Ambawang juga sekarang menjadi salah satu tempat ‘indah’ untuk foto-foto.
Nah, pasti tidak akan sukar membangun hal yang hampir serupa di sekitar persimpangan A Yani itu, atau kalau mana-mana tempat yang memungkinkan. Tempat itu akan menjadi daya tarik tambahan di kawasan ini; sekaligus mendukung program seperti yang Rudi bayangkan. Rasanya pasti akan lebih semarak dibandingkan Taman Alun Kapuas, tugu Khatulistiwa, atau bahkan Stadion sendiri.

0 komentar: