Sabtu, 07 Agustus 2010

Biografi Tokoh Kalbar

Yusriadi
Redaktur Borneo Metro

Rabu (21/7) Jurusan Dakwah STAIN Pontianak mengadakan workshop. Ketua Jurusan Dakwah, Dr. Wajidi Sayadi, mengundang Prof. Dr. Artani Hasbi, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, yang juga anggota Lembasa Sensor Film (LSF) tampil sebagai pembicara.


Prof. Artani bicara panjang lebar tentang media visual dan dakwah. Peserta – yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, diceramahi dan diajak merenung. Dalil-dalil keluar satu persatu dari mulut pakar media lulusan timur tengah ini.
Nah, panjang cerita dia mengingatkan hadirin soal pekerjaan besar orang daerah. “Seharusnya ada penulis local yang menggarap local wisdom,” katanya.
Dia merinci, orang di Kalbar bisa menggarap profil Basuni Imran. Dia kenal Basuni sebagai tokoh besar dunia Islam dari Kalbar.
“Tulislah tentang kelahirannya, pendididikan, kisah cinta, pemikiran, dll”.
Katanya, di Jakarta sudah ada yang menggarapnya. Mahasiwa UIN Jakarta sudah belajar membuat film pendek dibimbing oleh orang dari LSF.
“Ini untuk memperkuat pesan dakwah agar diterima masyarakat,” ingatnya.
Saran Profesor Artani ini membuat pikiran saya terbang. Saya membayangkan Basuni Imran yang sangat terkenal itu. Gambarannya wujud dalam bentuk lelaki bersurban, dengan jubah putih. Wajah beliau yang bersinar, menghadapi murid-murid yang mengelilingi. Beliau mengajarkan berbagai ilmu kepada murid-muridnya itu.
Gambarannya mirip-mirip gambar yang divisualkan dalam film Sunan Kalijaga. Keren sekali.
Lantas, pikiran saya terbang ke tokoh Kalbar lainnya. Ovang Oeray. Dia itu adalah tokoh besar. Idola banyak orang. Namun, gambaran tentang beliau belum cukup. Dahulu, ada teman saya yang mau menggarapnya. Entah sudah sampai di mana pekerjaannya itu, saya belum sempat bertanya kabarnya.
Saya ingat ada juga Sultan Hamid, tokoh futuris asal Kalbar yang berkiprah di pentas nasional. Beliau belum banyak ditulis profilnya. Walau begitu, berdasarkan foto-foto beliau, saya sudah dapat membayangkan figurnya.
Ingatan saya singgah pada pengalaman saya satu tahun lalu. Kala itu saya menghadiri seminar di Universiti Teknologi MARA Sarawak.
Saat itu ada seorang pembicara dari Semenanjung Malaysia. Dia menyampaikan makalah tentang Mufti Kesultanan Pontianak. Haji Ismail bin Abdul Majid al-Kalantani.
Dia itu adalah tokoh besar. Pemikirannya, dipuji-puji. Dia sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan Islam di Kelantan.
Saya menjadi sangat bodoh karena tidak pernah mendengar tentang tokoh ini. Saya orang Pontianak. Saya sudah lama di Pontianak. Saya melakukan studi tentang Kalbar. Saya, di forum itu, kononnya, ilmuan dari Kalbar. Tetapi, naïf: tidak tahu tentang tokoh itu. Yang tahu justru orang luar.
Lalu di ujung perenungan itu saya mencoba bertanya: kapan bisa menggarapnya? Saya menjadi gagap: tidak tahu kapan. Kapan melakukannya. Kapan saya dapat menggarapnya? Saya memikirkannya. Memikirkan dan memikirkan. Tetapi tak ada jalan keluarnya.
Saya memerlukan orang untuk menggarapnya. Teman. Lantas siapa orang Kalbar yang juga mau peduli?



0 komentar: