Selasa, 14 September 2010

Identitas Bugis Kalbar

Oleh Yusriadi

Dahulu, beberapa tahun lalu, saya sering merasa heran ketika melihat orang-orang Bugis di sekitar Pontianak sibuk sekali menyelenggarakan acara khataman al-Quran untuk anak mereka. Benar-benar sibuk.
Acara ini meriah. Yang bikin acara ini sangat meriah karena biasanya diselenggarakan bersamaan acara perkawinan. Menurut informasi yang saya peroleh, umumnya orang Bugis sangat bangga bisa menyelenggarakan acara khataman ini. Iyek, Uwak, Induk, Emak, keluarga, bangga karena anaknya sudah khatam Quran. Oleh karena itu, mereka tidak sungkan-sungkan mengeluarkan uang untuk acara ini.
Paling mengesankan ketika saya menyaksikan sebuah keluarga Bugis yang tinggal di Jeruju, Sungai Kakap, menyelenggarakan acara khataman untuk anaknya.

Acara khataman waktu itu, dua tahun lalu, dilaksanakan malam setelah Isya.
Saya melihat anak yang khataman itu diarak dari rumah guru ngaji di ujung kampung, menuju rumah orang tuanya. Anak itu, didandan layaknya seorang mempelai. Penggiringnya sama seperti penggiring pengantin. Ramai. Jumlahnya lebih 20 orang. Para penggiring itu berjalan di belakang anak depan membawa poko’ telo’ dan beberapa barang lain dalam kotak. Ada iringan tahar, ada juga tanjidor.
Sampai di rumah tempat acara, anak disambut dengan tepung tawar, dan kemudian dia menyalami orang-orang yang sudah datang (undangan) menghadiri acara itu. Jumlah tamu saya kira ada 300 orang lebih. Mereka berdiri dalam 4 barisan (saprahan) panjang di bawah tenda yang besar, saling berhadapan.
Kemudian anak duduk di atas panggung yang gemerlap, yang di belakangnya adalah pelaminan untuk mempelai besoknya, didampingi guru mengajinya. Dia hampir tidak nampak karena di depannya ada banyak ‘pokok telok’ dan bunga-bunga buatan yang indah-indah belaka.
Ada beberapa acara pendahuluan sebelum akhirnya anak tersebut membaca ayat pendek dari bagian akhir Al-Quran.
Setelah itu, acara istirahat dan hadirin dijamu dengan makanan ringan. Tukang sajinya berjumlah enam lelaki dan enam perempuan berpakaian seragam ungu, baju telok belanga. Cara mereka menyajikan kesannya professional. Sangat tertib. Bagi saya ini juga pemandangan baru.
Kue yang mereka sajikan seingat saya ada 5 jenis kue – kue buatan sendiri, plus ‘tapai menaun’, serta minuman. Pada saat hadirin menikmati jamuan, ada iringan musik live dari panggung yang berada di bagian kiri rumah.
Ketika pulang, setiap orang yang datang diberikan bingkisan nasi kotak.
Saya sempat bertanya-tanya dalam hati berapa juta uang yang dikeluarkan untuk acara ini. Pasti jumlah tidak sedikit. Saya mengandai-andai uang itu ditabung untuk anak sekolah, atau untuk dibantu-bantu ke tempat pengajian, untuk honor guru ngaji.
Mengapa khataman harus dibuatkan acara besar seperti itu? Mengapa khataman penting bagi orang Bugis? Bagaimana penjelasannya?
Selama ini yang saya kenal, orang Bugis semuanya beragama Islam. Islamnya cukup kuat. Seolah-olah Bugis adalah Islam, tidak ada Bugis yang beragama bukan Islam.
Nah, kemarin, saat saya mempresentasikan rencana penelitian terhadap identitas Bugis di pinggir Kota Pontianak, Dr. Wajidi Sayadi yang membahas proposal itu bersama Dr. Hermansyah, memberikan saya jawabannya.
“Agama sangat penting bagi orang Bugis”.
Dahulu, katanya, pandai tidaknya mengaji, menjadi pertimbangan penting bagi orang Bugis untuk mengambil seseorang menjadi menantu. Orang Bugis tidak mau mendapat menantu yang tidak pandai mengaji. Orang Bugis juga malu memiliki anaknya yang tidak pandai mengaji.
“Kalau penelitian ini juga menyentuh religiusitas orang Bugis, saya rasa akan lebih menarik,” Wajidi menyarankan.
Saya bagaikan tersengat. Iya, itulah jawabannya mengapa sebagian orang Bugis bela-belain menyelenggarakan khataman Quran anaknya. Itu jawaban mengapa mereka bangga anaknya khatam Quran. Ya, regiliusitas. Inilah salah satu identitas penting bagi orang Bugis, selain bahasa yang semula saya pikirkan. Jadi, dalam soal ini, saya tidak perlu bingung lagi. Thanks.





4 komentar:

Miskari Ahmad mengatakan...

Salam kenal....Ane ingin meneliti ritual orang bugis di Kalbar..Kira2 pusat masyarakat bugis dimanna yah?? Syukron..

Yusriadi mengatakan...

Salam.
Kantong pemukiman orang Bugis ada di daerah di sekitar pinggiran kota Pontianak: Kakap dan sekitarnya, Wajok, Jungkat dan sekitarnya.
Selamat meneliti,

elmart mengatakan...

assalaamualaikum
utk bugis di pontianak, dimana kelurahan dan kecamatan mereka tinggal ?, jazakallah khairan

Hams mengatakan...

Budaya bugis di kalbar sudah berafiliasi, berasimilasi dn berakulturasi dengan melayu dn tidak bisa dipisahkan, baik tatanan dn hirarki sosial, religi, bahasa, kesenian, norma, dan adat istiadat lainnya.. Yang akan membentuk kiltur dn corak masyarakat pesisir kalimantan, atau disebut orang laut... Sama dengan melayu, adat bersendikan syariah dn bersumber dr kitabullah, sehingga di kalbar masyarakat aslinya, jika muslim maka dia MELAYU