Sabtu, 20 November 2010

Keberaksaraan di Parit Banjar

Oleh: Yusriadi

“Mohon matikan handphone (HP) Anda untuk sementara”. Tulisan huruf balok dengan tinta hitam di atas kertas putih ukuran setengah kuarto terpasang di dalam masjid Misbahuddin, Parit Banjar, Sungai Kakap, Kubu Raya.

Saya kira, tulisan itu memang sengaja ditempel di dinding bagian depan dan samping masjid agar jamaah dapat serta merta membaca tulisan itu ketika berada di masjid. Cukup celingak-celinguk, sambil melihat kaligrafi dan “jam penunjuk waktu salat” di dinding itu, tulisan tersebut sudah pasti terbaca.
Tulisan seperti itu memang familier bagi saya. Tulisan dengan bunyi dan maksud yang sama bisa dilihat hampir di semua masjid di kota Pontianak. Pengurus masjid merasa perlu mengingatkan pemilik HP agar bunyi nada dering HP tidak mengganggu kekhusu’an jamaah saat ibadah.
Sebab sering kali terjadi, saat orang sedang salat tiba-tiba HP berbunyi. Lumayan jika bunyinya sesaat dan hanya nada kring. Tapi, kalau bunyi HP adalah lagu dangdut atau celetukan Upin dan Ipin yang memanggil atok Alang-nya, berulang-ulang, jamaah yang imannya setebal kulit kacang tentu akan senyam senyum.
Walaupun tulisan itu sudah biasa dilihat, bagi saya tulisan di masjid ini sangat menarik. Ya, menarik karena tulisan itu ada di masjid di tempat agak terpencil; Parit Banjar. Parit Banjar ada di wilayah Kali Mas, Kakap, bukanlah daerah kota. Tempat ini kampung cukup jauh dari Pontianak. Sinyal HP pun juga pilih-pilih. Tidak semua jaringan seluler bisa diterima di sini. Hanya Simpati dan Flexi. Itupun, pilih-pilih tempat yang lokasinya ada sinyal kuat.
Seorang jamaah memberitahu: “Kalau di masjid begini kadang hilang. Biasa di jalan-jalan itu banyak sinyalnya”.
Pengangkutan umum ke tempat ini tidak ada. Bukan jalurnya. Masyarakat keluar dan masuk kampung ini harus menggunakan kendaraan sendiri. Motor boleh, mobil juga bisa. Kampung ini bisa dijangkau dengan motor melalui ujung Kota Baru. Namun, jalan ini juga terbatas. Jika musim hujan begini, jalannya becek. Lumpur di mana-mana membuat perjalanan terhambat. Pilihannya, melalui jalan berbatu dua kilometer dari Kali Mas.
Akses keluar yang sukar begini berpengaruh pada masyarakat. Mobilitas menjadi agak terbatas.
Pendidikan masyarakat juga tidak begitu baik. Memang ada beberapa anak kampung yang mengenyam sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Tetapi tidak banyak. Itupun untuk generasi baru. Setelah ada sekolah dasar yang dibangun di kampung ini.
Sedangkan generasi tua yang berpendidikan dapat dihitung. Mereka yang berpendidikan adalah mereka yang beruntung dapat keluar kampung dahulu. Mereka yang memiliki kemauan kuat untuk belajar, dan mereka yang memiliki dukungan dari orang tua. Mereka yang semangatnya kurang dan mereka yang dukungan orang tuanya tidak ada, tidak pernah sekolah. Mengaji mereka pandai, namun membaca latin mereka tidak bisa.
Saya yakin mereka yang muda tidak ada masalah dalam membaca tulisan itu. Tetapi orang tua bagaimana? Apakah mereka membaca tulisan itu?
Saya juga sangat penasaran ketika mengingat satu hal: apakah tulisan ini relevan dengan mereka? Apakah masyarakat di sini semuanya sudah punya HP? Sayang sewaktu di sana saya lupa bertanya soal itu.
Jika masyarakat di sini semua punya HP tentu ini akan menjadi tanda penting soal perkembangan ekonomi dan juga soal bagaimana globalisasi masuk ke rumah-rumah penduduk. Ini juga pasti akan menjadi babak penting bagi kemajuan penduduk dalam semua hal. Dampaknya, baik positif atau negative bisa dilihat dan dinilai beberapa tahun mendatang.
Tulisan di masjid ini membawa ingatan ke kampung halaman di Kapuas Hulu. Masyarakat kampung sekarang sudah sangat maju tingkat keberaksaraan mereka. Mereka sudah mengenal bahan bacaan, buku, majalah dan koran. Mereka juga sudah mengenal TV – malah sudah lama. Melalui TV mereka dikenalkan pada tulisan-tulisan terutama iklan, yang pada akhirnya membuat orang kampung mulai ‘berpendidikan’.
Bahkan ketika HP mulai dikenal masyarakat beberapa tahun belakangan ini, mereka mulai menjadi penulis. Ya, HP bagi mereka kini bukan saja alat berkomunikasi, berbicara dengan orang lain, tetapi juga dapat berinteraksi melalui tulisan.
Perkembangan seperti ini pasti tidak pernah kita bayangkan dahulu. Sekarang kita menyaksikan sendiri dunia berubah dengan cepat. Dan kita menjadi bagian dari perubahan yang cepat itu.

0 komentar: