Sabtu, 20 November 2010

Menulislah Jika Ingin Berubah

Yusriadi
Redaktur Borneo Tribune


Menulis membuat orang berubah. Itulah kesimpulan dari pengalaman hidup teman saya Dudi, seorang peneliti di Balai Bahasa Pontianak.
Saat diberikan kesempatan bicara dalam rapat teknis persiapan kegiatan Riset Wisata Malay Corner (MC) kemarin, Dudi mengatakan dirinya merasakan perubahan yang besar dalam hidup setelah membiasakan diri menulis, khususnya menulis kisah perjalanan.


Sejak mengikuti kegiatan pelatihan “Ayo Menulis” yang diselenggarakan MC dua tahun lalu, Dudi menjadi lebih sering menulis untuk menggambarkan apa yang dia lihat dan apa yang dia alami, serta apa yang dia rasakan setiap kali melakukan perjalanan.
“Belum lama ini saya menunggu pesawat delay di Terminal III, Halim Perdana Kusuma. Sambil menunggu, saya menulis apa yang saya lihat dengan menggunakan handphone. Dari jam 3 sampai ke jam 7, tidak terasa”.
Padahal katanya, sebelum ini, jika menunggu sebentar saja dia sudah merasa bosan. Apalagi selama itu. Dengan menulis Dudi mengaku dia tidak sempat bosan karena menjadi lebih perhatian terhadap apa yang terjadi di sekitar. Dengan mengamati gerak-gerik orang dia di sekitar juga bisa menikmati suasana lucu dan menghibur.
Cerita Dudi itu bagi saya merupakan cerita yang penting, dan tentu sangat inspiratif. Saya jadi bisa membayangkan betapa asyik menjadi Dudi saat itu. Betapa serunya menjadi peneliti.
Saya jadi teringat pada saat memberikan saran kepada mahasiswa yang mengadu bosan karena terlalu lama menunggu seseorang. Saat itu, mahasiswa ditugaskan melakukan wawancara latihan di sebuah lembaga penyiaran. Ketika sampai di kantor media itu, mahasiswa tersebut diminta menunggu karena pimpinan sedang sibuk.
Waktu itu saya menyarankan, jika tidak mau bosan menunggu isi waktu menunggu dengan aktivitas. “Sambil menunggu, kamu melihat keadaan ruang tunggu. Lihat lantainya, dindingnya, plafonnya, hingga isi ruangan. Lalu, buat catatannya untuk memperkaya bahan penulisan”.
Rupanya, dengan jalan yang lain, Dudi menemukan kesimpulan bahwa jika tidak ingin bosan menunggu, isilah waktu dengan menulis. Dengan menulis seseorang akan aktif mengamati keadaan di sekitar. Pasti tidak sempat membosankan. Dudi sudah mempraktekkannya. Dudi sudah membiasakan diri menulis kisah-kisah perjalanannya.
Saya memberikan stressing kesimpulan Dudi itu dengan maksud memberikan penguatan kepada teman-teman lain yang sempat terpingkal-pingkal ketika Dudi mengungkapkan cerita lucu di Terminal 3 itu. Saya ingin ada banyak Dudi lain di sekitar saya.
Bagi saya, cerita Dudi ini menjadi kesempatan juga bagi saya untuk membangkitkan semangat kampanye menulis. Keinginan saya dan kawan-kawan menjadikan budaya menulis sebagai bagian kehidupan sudah lama terbetik. Jauh sebelum Dudi bercerita kemarin, dan juga jauh sebelum mengikuti pelatihan yang kami selenggarakan.
Oleh sebab itulah saya bersama teman-teman membuat macam-macam program untuk menumbuhkan minat menulis. Kami menyelenggarakan pelatihan beberapa kali. Kami juga menyelenggara kampanye menulis dengan datang ke sekolah-sekolah di Kota Pontianak, dan juga membuat pameran di kampus melalui ‘Majalah Gantung’. Kami melakukan publikasi tulisan di koran –khususnya Borneo Metro dan Borneo Tribune, serta di blog.
Usaha penerbitan buku telah dilakukan untuk melengkapi apa yang kami lakukan. Ada beberapa buku telah diterbitkan. Harap-harap semua itu berhasil.Mimpin menjadi kenyataan.

0 komentar: