Selasa, 19 April 2011

Bagian 8 -- Pintu Metal Detector




Oleh: Yusriadi

Pukul 18.20. Lantai 9 di depan pintu Grand Ball Room mulai ramai. Ada kawan-kawan dari Borneo Tribune, ada juga petugas dari Polda (termasuk dari Brimob).
Kawan-kawan dengan pakaian batik warna coklat –khas Borneo Tribune, sibuk di belakang meja penerima tamu. Ada yang mempersiapkan buku tamu, ada yang mempersiapkan buku JMCB untuk tamu, dan ada yang … entah, kayaknya cekak-cekikik, ngobrol-ngobrol saja.
Sedangkan petugas kepolisian (dari Brimob dan dari Mapolda Kalbar) berjaga di pintu masuk kegiatan. Maklum, di pintu masuk itu dipasang pintu keselamatan atau pintu “Metal Detector” untuk mendeteksi barang bawaan undangan.
Pemasangan pintu ini dilakukan polisi usai acara gladi bersih. Ini merupakan inisiatif pihak kepolisian. Pertimbangannya karena ada orang penting kepolisian dari Jakarta yang hadir. Mantan pimpinan mereka.
Pemasangan pintu pendeteksi besi ini di pintu masuk tempat kegiatan anugerah Muri dan bedah buku JMCB menjadi gerbang penting dalam membentuk kesan orang terhadap acara ini. Kesan yang penting adalah bahwa acara ini serius. Orang yang masuk discreening oleh sinar x. Tidak sembarangan.
Memang setahu saya tidak banyak kegiatan yang dilengkapi alat deteksi begini. Dalam beberapa kali kegiatan yang saya ikuti --dahulu, pintu ini hanya dipasang jika ada presiden atau atau wakil presiden yang datang. Sedangkan kegiatan menteri hanya kadang-kadang saja ada digunakan pintu ini.
Kekecualiannya, pintu ini selalu ada di pintu masuk menuju ruang tunggu penumpang di lapangan terbang Supadio, Pontianak.
Saya memang tidak heran karena ketika siang setelah gladi bersih melihat langsung petugas dari Brimob Kalbar memasang pintu ini. Bahkan ikut memberikan saran ketika pintu ini dipasang.
Lagian, saya memahami prosedur pengamanan ini. Maklum, panitia di Pontianak juga ingin pelaksanaan acara tidak jauh beda dibandingkan acara di Jakarta. Di Hotel Grand Sahid pada saat acara launching buku JMCB, pintu deteksi di pasang di pintu masuk hotel sebelum tangga menuju ruang Grand Ball Room, tempat kegiatan berlangsung.
Selain itu, saya menangkap ada kesan ‘wah’ di mata undangan untuk kegiatan kali ini. Ini bukan kegiatan biasa.
Selain itu, kehadiran pintu deteksi ini menimbulkan kesan lucu. Beberapa orang undangan yang baru keluar lift dengan cekak-cekik, begitu berhadapan dengan pintu deteksi, cekak-cekikiknya langsung padam. Kaget. Pasti mereka agak terkejut karena tidak menyangka ada screening begitu. Mana pernah ada acara bedah buku di Pontianak dilengkapi pintu deteksi.
Beberapa teman bahkan nampak panik. Mereka panik karena harus memindahkan telepon di atas nampan sebelum melewati pintu ini. Ada yang harus membuka jaket, melepaskan tas. Dll.
Lantas beberapa orang sempat ketinggalan barang mereka di pintu deteksi. Sebelum kemudian kembali lagi dengan tersipu-sipu.
“Eh, lupa”.
Saya juga melihat polisi yang berjaga-jaga di pintu itu tersenyum melihat orang-orang yang tersipu-sipu itu.
Pintu ini membuat lalu lalang orang keluar masuk ruangan menjadi terbatas. Sungkan karena setiap kali keluar masuk mereka harus ‘diperiksa’. Saya kira suasananya pasti agak berbeda dibandingkan jika tidak ada pintu ini. (*).

Foto///Acara Anugrah Muri untuk Buku JMCB, menyisakan kenangan. Karena itu, beberapa orang mengabadikan momen itu dengan foto-foto. Termasuk Wartawan Borneo Tribune, Abdul Khoir yang mengajak anggota Brimob berpose di luar ruang acara. Foto Istimewa/Borneo Tribune.


0 komentar: