Senin, 08 Agustus 2011

Mengapa Jamaah Semakin Berkurang?


Oleh: Yusriadi

Pada awal bulan puasa masjid selalu penuh. Lalu, perlahan-lahan jamaah berkurang. Sehingga akhirnya tinggal satu dua shaf saja orang yang salat Taraweh.
Itulah antara lain hal yang disampaikan seorang penceramah di sebuah masjid di Ambawang, pada malam pertama taraweh. Malam itu, seorang penceramah, yang rupanya ketua masjid, mengingatkan soal pentingnya salat taraweh di malam bulan Ramadan. Dia sempat mengingatkan jamaah soal kebiasaan sebagian orang yang hanya datang ke masjid di awal malam bulan puasa, dan setelah itu tak muncul-muncul lagi. Kebiasaan panas-panas tahi ayam. Sebuah perumpamaan untuk menggambarkan orang yang hanya semangat pada masa awal.
Penceramah perlu mengingatkan karena malam itu masjid tersebut penuh. Bahkan sejumlah orang yang datang setelah azan berkumandang, salat di luar. Di halaman. Masjid yang kecil itu tidak bisa menampung jumlah orang yang datang malam itu. Penceramah pasti berharap agar semangat beribadah terus terpelihara; sehingga dari awal hingga akhir Ramadan, masjid tetap penuh terisi jamaah salat Taraweh.
Merenung apa yang disampaikan penceramah, ingatan saya melayang pada suasana yang sering dijumpai di bulan Ramadan. Pada malam awal masjid sumpek. Lalu pada malam berikutnya, berkurang sedikit demi sedikit sehingga akhirnya yang tersisa hanya satu dua saf saja.
Rupanya, sekalipun sudah diingatkan, pada malam kedua dan ketiga, hal yang sudah diperingatkan penceramah terjadi. Jamaah masjid mulai berkurang. Tidak ada lagi jamaah yang salat Taraweh di luar. Ruang di dalam masih kosong. Saf terakhir lelaki, mulai ada celahnya.
Mengapa begitu? Mengapa jamaah berkurang? Mengapa orang seperti tidak ingat sedikit pun peringatan yang disampaikan penceramah malam pertama? Sebegitu cepatkan berlalu, masuk telinga kiri keluar telinga kanan?
Rasanya, setelah penceramah mengingatkan hal itu saya ingin juga mengingatkan penceramah: Mengapa sikap jamaah begitu? Mengapa jamaah seolah tidak pernah mendengar nasehat penceramah?
Pernahkah penceramah bertanya pada jamaah mengapa mereka tak bisa bertahan lama di masjid untuk salat taraweh? Pernahkah penceramah berupaya mencari cara untuk mengingatkan, selain mengingatkan agar datang ke masjid?
Mungkin baik juga sesekali para penceramah, pengurus masjid, menimbang-nimbang hal itu. Sehingga pada akhirnya mereka menemukan cara bagaimana membuat jamaah kerasan dan terikat hatinya pada masjid. Jika sudah begitu mungkin tak perlu repot penceramah mengingatkan hal yang sama dari tahun ke tahun. Mungkin bisalah dia memilih tema lain yang lebih menarik, daripada sekadang ‘ngomel dan menyindir’ saat berceramah di masa yang akan datang.

0 komentar: