Sabtu, 03 Desember 2011

Kisah Wahyudin Meneliti Rumah Melayu (2)

Oleh: Yusriadi

Loteng. Di rumah Melayu lama juga ada para-para atau loteng. Para itu dibangun di atas ruang tidur orang tua. Pemilik rumah membuat tangga ke para itu. Bentuk tangga itu ada dua; ada yang permanent dan ada tangga yang bisa dilepas.
Para-para fungsinya untuk menyimpan barang dapur di atas, selain itu, para-para juga digunakan untuk gadis melihat lelaki yang sedang berkomunikasi dengan orang tua. Dari atas para-para itu mereka melihat langsung calonnya. Maklumlah, di zaman dahulu hubungan antar lelaki dan perempuan sangat dibatasi. Kerap kali juga, pernikahan di masa lalu dilakukan melalui jalur perjodohan.
Selain itu, para juga penting sebagai tempat tidur cadangan jika ada tamu yang datang.
Sekarang ini banyak parak yang sudah rusak. Bahannya rapuh. Air hujan langsung masuk. Parak menjadi rusak.
Sekarang hanya sebagai gudang untuk menaruh barang.

***
Sumur. Sumur juga menjadi bagian dari penelitian yang dilakukan Wahyudin. Dari penelitiannya, beberapa rumah masih ada sumur.
Katanya, dahulu, air sumur penduduk di sekitar keraton airnya sangat jernih, bisa diminum. Keadaan ini berbeda dibandingkan sekarang, airnya keruh karena banyak orang membuang sampah sembarangan. Sekarang ini di parit banyak jembatan dan banyak parit ditutup, sumber air itu sudah terkontaminasi dengan sampah.
“Air sumur itu sekarang tidak bisa lagi diminum,” katanya.
Sumur di beberapa rumah diberikan barau, kiri kanannya. Pemilik rumah memilih kayu belian karena dengan barau belian, airnya biasanya agak jernih.
Di sumur itu juga ada anak tangga dan diberikan padar dengan tinggi 3 meter.
Bentuk sumur ada dua, ada yang berbentuk persegi dan ada yang berbentuk bulat.
Dari penelitiannya, ada rumah yang memiliki pembedaan sumur; lelaki di depan, dan perempuan di belakang. Sumur-sumur itu ditanam pohon, agar tidak kelihatan.
Di dekat sumur juga dibuat WC di dekat situ.
Sumur menjadi tempat warga mandi dan juga wudhu. Sedangkan mencuci pakaian dilakukan di pelantaran.
Di pelantaran itu dahulu ada tong-tong untuk menampung air berupa lingkaran, semacam kerucut. (Bersambung).

0 komentar: