Senin, 30 Januari 2012

Prof. Shamsul AB, Dr. Taufiq dan Kutipan Khonghucu

Oleh: Yusriadi
“Mulai saja menulis, terbitkan buku. Jangan pikirkan mutu sekarang ini. Mutu itu urusan nanti”.
Saya mengutip pendapat Prof. Dr. Shamsul Amri Baharuddin ketika “bersembang-sembang” dengan Dr. Taufiq Tanasaldy, siang itu. Dr. Taufiq datang ke Club Menulis dan melihat beberapa buku yang kami buat. Dia orang Mempawah yang kini mengajar di sebuah universitas di Australia.
Walaupun saya menunjukkan buku dengan semangat, tetapi merasa agak sungkan juga. Mutu. Buku yang kami buat bukan buku bermutu. Kepada orang-orang yang datang ke Club Menulis saya selalu tekankan hal itu.
“Kami berusaha mendokumentasi apa yang dapat kami dokumentasi hari ini”.

.
“Kami sedang belajar menulis dan menerbitkan buku”.
“Mungkin buku yang bermutu dari kami baru dapat kami persembahkan 5, 10 atau 20 tahun yang akan datang”.
Oleh karena itu, sebelum soal mutu ini singgah dalam pikiran beliau, saya mengaku lebih dahulu bahwa buku yang kami buat belum memenuhi harapan.
Apa reaksi Dr. Taufiq?
“Maaf, saya mengutip Khonghucu. Kamu tahu Khonghucu?”
Saya mengangguk. Tentu. Saya pernah belajar perbandingan agama. Khonghucu adalah nama yang dikaitkan dengan agama Khonghucu. Banyak kata bijak yang dirujuk kepada tokoh itu. Saya mengangguk karena saya kira lebih mudah bagi beliau mengutip kata bijak dari ajaran yang dipercaya, seperti saya pasti lebih mudah mengutip hal-hal penting dari Alquran atau nabi Muhammad.
“Khonghucu mengatakan, satu li dimulai dari satu langkah”.
Persis. Sesungguhnya saya pernah mendengar ungkapan itu dari bapak FX Asali, salah satu tokoh Tionghoa Kalbar yang saya kagumi.
Menyenangkan menemukan kutipan yang pas. Sebuah pernyataan yang berbeda dengan maksud sama. Pernyataan yang universal.
Saya segera mencatat komentar dia karena saya rasa pasti sangat berguna suatu ketika nanti. Tetapi, Dr. Taufiq , buru-buru mengingatkan.
“Ini ungkapan yang populer, semua orang tahu. Saya harus tanya-tanya lagi bagaimana bentuk yang pas dengan ungkapan Khonghucu dalam bahasa asal”.
Walaupun demikian, saya tetap mencatat ungkapan itu, dan menulisnya agar saya tetap ingat di kemudian hari. Semua itu akan menambah wawasan saya tentang prinsip hidup dan tentang apa yang dapat saya lakukan. Pembenaran. Pemantapan. Sesuatu yang meyakinkan saya agar terus menerus berusaha: menulis dan menerbitkan buku, sembari mendorong orang-orang yang ada di sekitar saya untuk melakukan hal yang sama.
Semoga semua itu bisa menjadi amal kelak. Seperti yang sering dikutip dari teman saya, H. Nur Iskandar. “Inilah salah satu bentuk amal kita”.

0 komentar: