Selasa, 03 April 2012

Menimang Perahu Demokrat Kalbar

Perahu Demokrat Kalbar menjadi tumpangan politik yang sedang menjadi pusat perhatian. Sejumlah tokoh mendaftarkan diri menumpang perahu ini. Mereka akan dinilai DPP Demokrat: siapa yang layak dialah yang menjadi penumpangnya kelak.
Seperti diberitakan, tokoh yang mendaftar menggunakan perahu ini ada belasan orang. Dari jumlah itu, terdapat nama Cornelis, Armyn Ali Anyang, Tambul Husin. Tiga nama ini selama ini menjadi perbincangan karena kans mereka melaju lebih besar.

Walaupun posisi tidak sama, namun, sebenarnya, dilihat dari sisi peta kekuatan dukungan, Cornelis sudah bisa dipastikan maju. Perahu PDIP Kalbar cukup besar untuk tumpangan politik. Sementara Tambul Husin kononnya sudah memiliki gandengan perahu politik, sekalipun gandengan itu adalah perahu-perahu kecil. Perahu yang benarnya agak rentang oleh ombak dan gelombang.
Sedangkan Armyn, sejauh ini masih belum dipastikan tumpangannya. Partai yang disebut-sebut akan memberikan tumpangan padanya masih belum menyatakan secara pasti dan terbuka. Peluang Armyn menumpang perahu sedang besar ini sangat terbuka, meskipun kemungkinan tidak jadi juga ada. Oleh sebab itu, dilihat dari sudut ini, tumpangan Demokrat menjadi sangat penting bagi Armyn.
Tetapi, tentu dunia politik dipenuhi intrik dan maneuver. Perubahan sikap dalam politik biasa terjadi sebelum keputusan diambil. Bahkan, sering orang mengingatkan perubahan politik bisa berlaku dari menit ke menit. Bukan lagi dari bulan ke bulan atau dari pekan ke pekan.
Dunia politik juga mengandalkan perhitungan cermat dan detail. Termasuk perhitungan fulus. Orang sering mengaitkan politik dengan biaya politik. Orang sering mengatakan politik mempertimbangan keuntungan, dan keuntungan yang paling dominan ditimbang adalah keuntungan financial.
Perahu politik ada mesin politiknya. Dan mesin politik itu digerakkan dengan ‘minyak’ yang harus dibeli dengan uang. Minyak itu kadang kala hitungan miliaran rupiah.
Oleh sebab itu, sering kali harus dimaklumi bahwa perkara tumpangan menuju kursi kekuasaan dan idaman, bukan soal apakah perahu politik itu sudah bermuatan atau masih kosong. Bukan juga soal kasihan atau tidak karena calon penumpang itu belum ada tumpangan. Bukan juga soal kualitas orang yang akan diberikan tumpangan dan kapasitas kemenangan yang akan diraih kelak.
Kita perlu mengingatkan semua ini agar ekspektasi kita tidak terlalu muluk kepada Demokrat, dan juga kepada partai politik lain. Mudah-mudahan kelak tidak ada rasa kecewa yang mendalam jika keputusan berbeda dari harapan.
Namun, senyampang dengan itu, kita juga perlu mengingatkan para politisi yang ada di partai untuk mempertimbangankan harapan dan ekspektasi masyarakat yang menginginkan perahu politik ditumpangkan untuk calon yang memang memiliki kapasitas kepemimpinan, lebih besar ketimbang mereka memberikan tumpangan untuk calon penumpang yang mampu membeli minyak untuk mesin politik lebih banyak. Semoga.

1 komentar:

wakgelas mengatakan...

salam pak yusri, wak bakal ke pontianak .. kalo x keberatan bisa ketemu, sila hubungi wak - wakgelas@yahoo.com