Selasa, 03 April 2012

Menyoal Kebijakan Pemerintah Menjelang Kenaikan BBM

Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM per 1 April 2012 nampaknya hampir pasti. Setidaknya dalam sejumlah kesempatan para petinggi negeri ini sudah menyampaikan rencana itu.
Seperti yang disampaikan sejumlah pemerintah dan juga pengamat ekonomi, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak bisa ditawar lagi. Suatu keharusan. Pemerintah mengambil sikap itu dengan pertimbangan agar APBN tidak jeblok menanggung subsidi menyusul kenaikan minyak dunia. Jika harga minyak bersubsidi tidak dinaikkan maka Negara akan menanggung subsidi yang besar. Subsidi besar akan sangat tidak sehat untuk Negara ini.

Namun yang menjadi soal adalah mengapa pemerintah mengurakan kenaikan itu jauh-jauh hari? Mengapa orang tertentu di pemerintahan seperti menggunakan kabar kenaikan itu sebagai pengalihan isu dari berbagai isu sentral saat ini?
Tentu saja pertanyaan ini penting diberikan mengingat dua hal. Pertama, sejak kabar ini diumumkan ekonomi bawah sudah bergejolak. Sejak kabar ini disampaikan ke publik harga sejumlah barang sudah naik. Kenaikan terjadi pada barang-barang kebutuhan pokok masyarakat, sekalipun dampak riil dari kebijakan itu sebenarnya belum terjadi.
Kenyataannya sekarang ini spekulan bermain di tengah isu itu. Mereka mendapat alasan untuk menahan barang tertentu dan kemudian melepaskannya dengan menaikkan harga jual. Mereka mendapat untung dari kabar yang disampaikan pemerintah itu.
Malangnya, apa yang spekulan lakukan seperti dibenarkan oleh pemerintah. Pemerintah tidak berkutik di tengah situasi ini. Pemerintah tidak berdaya mengatasi aksi spekulan menaikkan barang. Sudah jelas sikap ini merupakan sesuatu yang agak aneh. Apakah sikap peduli pemerintah terhadap aksi para spekulan ini menunjukkan orang di pemerintahan sebenarnya kurang memperhatikan rakyat, terutama rakyat yang berpenghasilan rendah?
Menurut pendapat kita, seharusnya pemerintah bergerak, karena membiarkan situasi pasar bergerak sendiri akan menyebabkan masalah ekonomi. Setidaknya, pasti inflasi akan tinggi. Pertumbuhan ekonomi akan terganggu.
Kedua, sebenarnya berharap pemerintah belajar dari kenaikan BBM beberapa waktu lalu yang hanya menimbulkan riak kecil di tengah masyarakat. Ketika itu, kenaikan tidak diurakan dan pemerintah juga memilih mengambil kebijakan menaikkannya secara bertahap. Kenaikan waktu itu tidak menimbulkan keterkejutan. Karena itu kenaikan tidak menyebabkan masyarakat kelimpungan.
Apakah kali ini pengambil kebijakan mengambil sikap seperti itu karena mereka menganggap rakyat juga tidak marah karena mereka diam saja? Apakah mereka memilih tidak bersikap karena mereka tahu rakyat juga tidak mengambil sikap yang serius pada mereka? Mari kita jawab dengan renungan.

0 komentar: