Judul : Kalbar
Berimajinasi, Kumpulan Cerpen Sastrawan Kalbar
Editor : Dedy
Ari Asfar dan Yusriadi
Penerbit : STAIN
Pontianak Press dan Club Menulis STAIN Pontianak
Tahun : 2012
Imaji Lokal untuk Kalbar
Oleh: Yusriadi
Awal Maret mendatang Lingkar Studi Budaya (LSB) akan
mengadakan pertemuan ke-5 difasilitasi oleh Toko Buku Kharisma. Pada pertemuan
ini, akan dibedah buku berjudul Kalbar
Berimajinasi. Buku ini adalah kumpulan tulisan 27 sastrawan di Kalbar yang
diedit oleh Dedy Ari Asfar dan saya.
Buku berjudul Kalbar
Berimajinasi merupakan sebuah buku yang sangat menarik dibaca dan dibedah. Sebab Pertama, Buku ini adalah
buku kolaborasi penulis-penulis di Kalimantan Barat. Melalui buku ini untuk
pertama kali penulis-penulis yang sudah dikenal di Kalbar, seperti: Saifun Arif
Kojeh, Pradono, Wayz Ibn Senentang, Dedy Ari Asfar, menulis buku bersama
penulis muda yang baru muncul seperti Marsita Riandini, Farninda Aditya,
dll.
Sebab Kedua,
buku ini menggunakan pendekatan lokalistik. Cerpen-cerpen ini ditulis dengan
memanfaatkan imajinasi lokal. Imajinasi itu disajikan dalam tiga bagian: bagian
pertama Imaji Budaya yang memuat
cerita pendek yang bertitik tolak dari pengetahuan lokal komunitas yang ada di
Kalbar. Disebut imaji budaya untuk menggambarkan isi pikiran para penulis
tentang budaya atau tentang adat istiadat yang mereka jumpai dalam kehidupan di
sekitar mereka. Bagian ini dimulai dengan cerita antu bengkek, yaitu hantu yang
wujudnya seperti anak kecil yang tubuh dan rambutnya berwarna kuning, dipercayai
orang Melayu di Durian, mengambil semangat orang dan memakan manusia. Dan diakhiri cerita Sampuk untuk Banin, yaitu
cerita tentang perjuangan seorang lelaki mencari obat sampuk untuk menyembuhkan
penyakit istrinya. Sampuk adalah nama tumbuhan yang digunakan dukun untuk
pengobatan di rumah panjang Kampung Bakik.
Bagian kedua, Imagi Sosial memuat cerita-cerita yang
bersetting dinamika sosial, yang terkait
interaksi masyarakat, di berbagai wilayah di Kalimantan. Bagian ini dimulai
dengan bayangan kehidupan politikus dan warung kopi, diakhir dengan cerita
menyentuh kenangan manis hubungan antara orang Sambas dan orang Madura yang
terputus oleh konflik 1997.
Bagian ketiga Imaji Cinta, memuat cerita yang bernuansa
cinta dan harapan terhadap lawan jenisnya dalam setting lokalitas. Cinta dalam
nuansa sekat agama dan suku menjadi pilihan yang disajikan mulai bagian awal
kisah Perempuan Berkalung Salib,
hingga cerita akhir Menggaet Keponakan Ko
A Tong.
Meskipun buku ini ditulis dalam konteks imajinasi, namun,
imajinasi ini bertitik tolak dalam kehidupan realitas dan menuntun kita pada
realitas itu. Karena itu, membaca cerita-cerita di dalam buku ini membuat kita
seakan melihat langsung aneka peristiwa yang diceritakan. Kita bisa tertawa dan
tersenyum karena cerita itu, tetapi kita juga bersedih dan terusik oleh keadaan
yang diceritakan.
Karena itulah maka kita bisa memahami mengapa LSB bersetuju
ketika ada usulan untuk menjadikan buku ini sebagai bahan diskusi mereka.
Sekali lagi, buku ini memang buku yang istimewa. Simak saja
sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar