Rabu, 20 Februari 2013

Club, Menulis

Judul                     : Kalbar Berimajinasi, Kumpulan Cerpen Sastrawan Kalbar
Editor                    : Dedy Ari Asfar dan Yusriadi
Penerbit              : STAIN Pontianak Press dan Club Menulis STAIN Pontianak
Tahun                   : 2012

Imaji Lokal untuk Kalbar

Oleh: Yusriadi
Awal Maret mendatang Lingkar Studi Budaya (LSB) akan mengadakan pertemuan ke-5 difasilitasi oleh Toko Buku Kharisma. Pada pertemuan ini, akan dibedah buku berjudul Kalbar Berimajinasi. Buku ini adalah kumpulan tulisan 27 sastrawan di Kalbar yang diedit oleh Dedy Ari Asfar dan saya. 
Buku berjudul Kalbar Berimajinasi merupakan sebuah buku yang sangat menarik dibaca dan dibedah. Sebab Pertama, Buku ini adalah buku kolaborasi penulis-penulis di Kalimantan Barat. Melalui buku ini untuk pertama kali penulis-penulis yang sudah dikenal di Kalbar, seperti: Saifun Arif Kojeh, Pradono, Wayz Ibn Senentang, Dedy Ari Asfar, menulis buku bersama penulis muda yang baru muncul seperti Marsita Riandini, Farninda Aditya, dll. 
Sebab Kedua, buku ini menggunakan pendekatan lokalistik. Cerpen-cerpen ini ditulis dengan memanfaatkan imajinasi lokal. Imajinasi itu disajikan dalam tiga bagian: bagian pertama Imaji Budaya yang memuat cerita pendek yang bertitik tolak dari pengetahuan lokal komunitas yang ada di Kalbar. Disebut imaji budaya untuk menggambarkan isi pikiran para penulis tentang budaya atau tentang adat istiadat yang mereka jumpai dalam kehidupan di sekitar mereka. Bagian ini dimulai dengan cerita antu bengkek, yaitu hantu yang wujudnya seperti anak kecil yang tubuh dan rambutnya berwarna kuning, dipercayai orang Melayu di Durian, mengambil semangat orang dan memakan manusia.  Dan diakhiri cerita Sampuk untuk Banin, yaitu cerita tentang perjuangan seorang lelaki mencari obat sampuk untuk menyembuhkan penyakit istrinya. Sampuk adalah nama tumbuhan yang digunakan dukun untuk pengobatan di rumah panjang Kampung Bakik.
Bagian kedua, Imagi Sosial memuat cerita-cerita yang bersetting dinamika sosial, yang  terkait interaksi masyarakat, di berbagai wilayah di Kalimantan. Bagian ini dimulai dengan bayangan kehidupan politikus dan warung kopi, diakhir dengan cerita menyentuh kenangan manis hubungan antara orang Sambas dan orang Madura yang terputus oleh konflik 1997.
Bagian ketiga Imaji Cinta, memuat cerita yang bernuansa cinta dan harapan terhadap lawan jenisnya dalam setting lokalitas. Cinta dalam nuansa sekat agama dan suku menjadi pilihan yang disajikan mulai bagian awal kisah Perempuan Berkalung Salib, hingga cerita akhir Menggaet Keponakan Ko A Tong.
Meskipun buku ini ditulis dalam konteks imajinasi, namun, imajinasi ini bertitik tolak dalam kehidupan realitas dan menuntun kita pada realitas itu. Karena itu, membaca cerita-cerita di dalam buku ini membuat kita seakan melihat langsung aneka peristiwa yang diceritakan. Kita bisa tertawa dan tersenyum karena cerita itu, tetapi kita juga bersedih dan terusik oleh keadaan yang diceritakan.
Karena itulah maka kita bisa memahami mengapa LSB bersetuju ketika ada usulan untuk menjadikan buku ini sebagai bahan diskusi mereka.
Sekali lagi, buku ini memang buku yang istimewa. Simak saja sendiri.

Baca Selengkapnya...