Jumat, 03 Juli 2015

Selamat untuk Juara

Saya merasa senang mendapat kabar bahwa Fitri Sari dan Aldhila Izzati membawa pulang piala lomba karya tulis yang diselenggarakan perpustakaan daerah Kalbar. Senang juga mendengar bahwa juara 1 diraih oleh Ramdlon, alumni kampus. Terima kasih panitia dan dewan juri yang memberikan apresiasi terhadap karya mereka. Prestasi yang diraih oleh mereka merupakan rangkaian dari hasil yang mengembirakan yang diraih sepanjang tahun ini. Belum lama ini, Yuyun meraih juara 1 dalam lomba karya tulis yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar. Siti Muslikhah juara 2, dan Zainal Aripin juara 6 (harapan 3). Pada lomba FTIK mencari bakat, Yuyun juga meraih juara pertama.
Mereka yang mendapat prestasi ini semoga senang dan terus belajar meningkatkan kemampuan. Sehingga pada akhirnya bisa meraih prestasi yang lain. Semoga orang tua mereka bisa ikut merasakan kebanggaan anak-anak mereka.
TRIMS UNTUK PAK HERMANSYAH YANG TELAH MEMBERIKAN BANTUAN MORIL DAN MATERIIL UNTUK ANAK-ANAK CLUB MENULIS.
SELAMAT YA...

Baca Selengkapnya...

Minggu, 28 Juni 2015

BUKU: Kawanku Orang Cina di Kalbar (Yusriadi, dkk, STAIN Press, 2015)

Penerbitan buku tentang Cina di Kalimantan Barat sangat penting dilakukan. Pertama, tulisan mengenai komunitas ini tidak banyak. Setidaknya tulisan-tulisan atau terbitan lokal tentang komunitas ini kalah jauh dibandingkan tentang komunitas Dayak atau Melayu. Akibat kurangnya publikasi lokal tentang orang Cina, maka informasi yang diperoleh mengenai komunitas ini menjadi terbatas; kalau tidak ada sama sekali.

Kedua, karena informasi tertulis (mungkin akademik) mengenai komunitas ini kurang, maka yang berkembang adalah kesan dan anggapan. Malangnya, kesan dan anggapan yang tumbuh di tengah masyarakat adalah stigma (negatif). Banyak sekali stigma mengenai komunitas ini, yang kadang kala menjerumuskan pandangan, membuat orang terperangkap dalam kesalahan anggapan.
Padahal, anggota Club Menulis merasakan bahwa banyak hal positif bisa dipetik dari pertemanan dan persahabatannya dengan orang Cina. Pada kenyataannya teman-teman atau sahabat mereka yang bersuku Cina memperlihatkan banyak sisi positif dan inspiratif. Teman-teman itu telah menyisakan kesan baik selama pertemanan berlangsung.
Kesan-kesan itulah yang coba dipersembahkan melalui tulisan ini. Ada 12 tulisan yang disajikan dalam buku ini. Tulisan Yusriadi berjudul Mereka Mengubah Stigma, menggambarkan contoh orang Cina yang “keluar” dari anggapan umum. Orang Cina yang digambarkan oleh awam sebagai non-Islam dan pengusaha, ternyata tidak selalu begitu. Ada orang Cina yang beragama Islam dan bukan menjadi pengusaha.
Hal yang hampir senada digambarkan dalam tulisan Zainal Aripin (Belajar Prinsip Kerja dari Teman Orang Cina), dan Al-Dhilla Izzati (Sikap Terbuka Si Amoy). Di balik cerita tentang etos kerja dan prinsip hidup, tergambar juga bahwa ada orang Cina yang beragama Islam.
Tulisan Siti Muslikhah (Perbedaan tak Menjadi Penghalang Persahabatan), menggambarkan tentang sikap ramah dan terbuka orang Cina yang dikenalnya. Mereka dan penulis tidak merasakan batas agama dan suku sebagai hambatan untuk saling akrab dan membantu. Sedangkan tulisan Rahmat, Siti Fatimah, Yuyun Nailufar, Umi Ani Jusida, Putri Ramadhani, dan Farninda Aditya, menggambarkan tentang sifat-sifat menonjol di kalangan orang Cina. Penulis secara umum memperlihatkan betapa teman-teman mereka sudah mandiri sejak kecil, dan menonjol dalam bidang-bidang tertentu, seperti Matematika, Melukis atau bercerita. Jadi, amat wajar jika kemudian kita melihat bahwa mereka menjadi orang sukses di kemudian hari.
Kita memahami hasil akhir itu melalui pepatah yang sudah dikenal umum: siapa yang berusaha akan dapat. Rajin pangkal pandai dan hemat pangkal kaya. Sayangnya, pepatah itu sering kali kita lupakan pada tataran praktik. Lebih malang lagi andai setelah melihat orang lain berhasil, muncul prasangka di benak sebagian kita.
Buku ini mungkin menimbulkan pertanyaan, tentang penggunaan istilah Cina, yang sedang dalam proses waktu untuk diganti dengan istilah Tionghoa. Kami sengaja menggunakan kata Cina dalam tulisan ini karena bentuk itulah yang digunakan di tengah masyarakat yang diceritakan. Dalam pertemanan, untuk rujukan apapun, istilah “Cina” - selalu digunakan. Sebaliknya istilah “Tionghoa”, terasa aneh kala hendak digunakan, karena tidak digunakan sehari-hari. Justru itulah, agar kesan positif dalam cerita ini dapat ditangkap secara baik, maka sajian alami coba dipertahankan.
Jika pun tersirat kesan negatif orang ketika mendapati istilah “Cina” dalam tulisan ini, perlu ditegaskan bahwa kesan itu muncul dari stigma yang ada di lingkungan pembaca. Faktanya, seperti yang diungkapkan dalam buku ini, istilah Cina digunakan secara netral.
Akhirnya, kami berharap agar buku ini bermanfaat bagi kita semua: terutama dalam mengubah cara kita berpikir tentang kehidupan dan proses yang harus dilalui. Kita masih harus melalui perubahan itu karena faktanya banyak diantara kita yang masih terbelakang. Kehidupan santai, slembe, instan, harus diganti dengan kehidupan yang ditata, diatur dan dipersiapkan. Allah telah mengingatkan dalam Quran (77:12) tidak akan merubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri. Segala kekurangan dalam tulisan ini mohon dimaafkan. Meski demikian kritikan dan saran kami nantikan untuk perbaikan yang akan datang. Semoga Allah membuka pintu rahmat-Nya untuk kita semua. Barakallah.

Baca Selengkapnya...

Buku "Cina Baru"

Club Menulis IAIN Pontianak telah menerbitkan buku berjudul "Temanku Orang Cina di Kalbar" (2015). Buku ini berisi pengalaman para penulis berteman dengan orang Cina --Tionghoa sebutan lainnya; di Kalimantan Barat. Para penulis mencatat kesan yang khas dan dapat dijadikan sebagai bahan inspirasi dan pembelajaran. Apa itu? Miliki dan bacalah bukunya. Buku ini dapat dipesan melalui kontak blog ini atau email: yusriadii@yahoo.com . Cetakan pertama harganya Rp50 ribu, plus ongkos kirim.

Baca Selengkapnya...

Rabu, 24 Juni 2015

Bersama Masri S Putra OLEH YUSRIADI

Masri S. Putra hadir di Kantor TOP Indonesia memberikan motivasi menulis kepada sejumlah anak muda di Pontianak, Rabu (24/6). Beliau adalah penulis terkenal, kelahiran Jangkang Benua, Sekadau, Kalimantan Barat.
Saya berterima kasih kepada Bang Nur Iskandar, Dir. TOP Indonesia yang mengundang saya hadir. Saya merasa sangat beruntung diberikan kesempatan hadir dan mendengarkan cerita Bang Masri tentang penulisan, penerbitan dan pemasaran buku. Beberapa catatan penting dari pertemuan tersebut, saya bagikan kepada pembaca.
1. Bang Masri mengingatkan bahwa menulis adalah kewajiban kita sebagai manusia yang telah diberikan kehidupan. Beliau mengingatkan dengan istilah yang unik: KITA HARUS MEMBUAT BUKU SEBANYAK UMUR KITA. JIKA BELUM, BERARTI KITA MASIH BERHUTANG. Umur saya sudah 40 lebih, berarti saya harus menulis 40 lebih buku. Buku saya sekarang (yang ditulis sendiri) baru belasan. Berarti, hutang saya masih 30-an buku. Semoga dalam sisa hidup yang ada saya dapat melunasi hutang itu.
2. Bang Masri yang mengutip pendapat ahli, mengatakan bahwa menulis itu menyehatkan -terutama menyehatkan mental. Katanya, sudah ada penelitian mengenai perbedaan antara remaja yang suka menulis dan tidak suka menulis. Remaja yang suka menulis cenderung dapat mengontrol emosinya dan berprestasi. Saya menyetujui hal ini. Survey terbatas saya pada sejumlah mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa yang sejak awal suka membuat buku harian, cenderung memperlihatkan prestasi dalam kuliah, dan cenderung terlihat lebih enjoy.
3. Bang Masri mengingatkan --mengutip pendapat orang lain, bahwa setiap orang memiliki potensi dapat menulis karena menulis itu adalah skill (keterampilan). Keterampilan itu harus dilatih. Siapa yang rajin berlatih dia akan terampil. 4. Kata Bang Masri, Arswendo dapat menulis 5 halaman dalam waktu 15 menit. Bang Masti sendiri dapat menulis 30 halaman dalam 1 hari. Saya selalu mengatakan, kecepatan menulis mahasiswa adalah 20 kata per menit. Kecepatan menulis siswa SMA 15 kata per menit. Kecepatan menulis siswa SMP 10 kata per menit. ANDA?
5. Kata Bang Masri juga, pada saat Anda baru belajar menulis, apapun yang Anda tulis sering kali dianggap tidak bagus, tetapi, setelah Anda dikenal, apapun tulisan Anda akan dianggap bagus. Oleh karena itu, dari sekarang, simpanlah semua tulisan yang pernah Anda buat karena suatu ketika nanti akan diperlukan. Menurut Ernest Hamengway, banyak buku yang ketika ditulis, tidak dilirik oleh orang, setelah penulisnya mati, justru dicari orang. 6. Katanya, karya sastra yang bagus adalah karya yang menyentuh perasaan pembaca sehingga bagi pembaca apa yang ditulis adalah milik bersama. Karya yang bagus membuat pembaca mengatakan "Kok kayak pengalaman saya?".
7. Menurut Bang Masri, peluang kaya dari menulis sangat besar. Dia mencontoh pengalamannya sendiri dalam pemasaran buku. Hasil dari penjualan buku cukup besar. 8. Bahan Sumber lokal yang bisa ditulis juga sangat banyak. Tulislah apa yang diperlukan orang lain, dan hal yang tidak orang lain tulis. AYO, MULAILAH MENULIS.

Baca Selengkapnya...

Mulai Lagi


Pontianak, 24 Juni 2016
 
ASSALAMUALAIKUM WR. WB

Pembaca
Selamat menunaikan ibadah puasa semoga amal diterima Allah SWT.

Setelah beberapa tahun "menghilang" oleh berbagai alasan, hari ini, saya memulai lagi "ritual" yang terlupakan. Saya memulai menerbitkan lagi berbagai tulisan di blog ini. 

Selamat Membaca.

Yusriadi

Baca Selengkapnya...

Rabu, 20 Februari 2013

Club, Menulis

Judul                     : Kalbar Berimajinasi, Kumpulan Cerpen Sastrawan Kalbar
Editor                    : Dedy Ari Asfar dan Yusriadi
Penerbit              : STAIN Pontianak Press dan Club Menulis STAIN Pontianak
Tahun                   : 2012

Imaji Lokal untuk Kalbar

Oleh: Yusriadi
Awal Maret mendatang Lingkar Studi Budaya (LSB) akan mengadakan pertemuan ke-5 difasilitasi oleh Toko Buku Kharisma. Pada pertemuan ini, akan dibedah buku berjudul Kalbar Berimajinasi. Buku ini adalah kumpulan tulisan 27 sastrawan di Kalbar yang diedit oleh Dedy Ari Asfar dan saya. 
Buku berjudul Kalbar Berimajinasi merupakan sebuah buku yang sangat menarik dibaca dan dibedah. Sebab Pertama, Buku ini adalah buku kolaborasi penulis-penulis di Kalimantan Barat. Melalui buku ini untuk pertama kali penulis-penulis yang sudah dikenal di Kalbar, seperti: Saifun Arif Kojeh, Pradono, Wayz Ibn Senentang, Dedy Ari Asfar, menulis buku bersama penulis muda yang baru muncul seperti Marsita Riandini, Farninda Aditya, dll. 
Sebab Kedua, buku ini menggunakan pendekatan lokalistik. Cerpen-cerpen ini ditulis dengan memanfaatkan imajinasi lokal. Imajinasi itu disajikan dalam tiga bagian: bagian pertama Imaji Budaya yang memuat cerita pendek yang bertitik tolak dari pengetahuan lokal komunitas yang ada di Kalbar. Disebut imaji budaya untuk menggambarkan isi pikiran para penulis tentang budaya atau tentang adat istiadat yang mereka jumpai dalam kehidupan di sekitar mereka. Bagian ini dimulai dengan cerita antu bengkek, yaitu hantu yang wujudnya seperti anak kecil yang tubuh dan rambutnya berwarna kuning, dipercayai orang Melayu di Durian, mengambil semangat orang dan memakan manusia.  Dan diakhiri cerita Sampuk untuk Banin, yaitu cerita tentang perjuangan seorang lelaki mencari obat sampuk untuk menyembuhkan penyakit istrinya. Sampuk adalah nama tumbuhan yang digunakan dukun untuk pengobatan di rumah panjang Kampung Bakik.
Bagian kedua, Imagi Sosial memuat cerita-cerita yang bersetting dinamika sosial, yang  terkait interaksi masyarakat, di berbagai wilayah di Kalimantan. Bagian ini dimulai dengan bayangan kehidupan politikus dan warung kopi, diakhir dengan cerita menyentuh kenangan manis hubungan antara orang Sambas dan orang Madura yang terputus oleh konflik 1997.
Bagian ketiga Imaji Cinta, memuat cerita yang bernuansa cinta dan harapan terhadap lawan jenisnya dalam setting lokalitas. Cinta dalam nuansa sekat agama dan suku menjadi pilihan yang disajikan mulai bagian awal kisah Perempuan Berkalung Salib, hingga cerita akhir Menggaet Keponakan Ko A Tong.
Meskipun buku ini ditulis dalam konteks imajinasi, namun, imajinasi ini bertitik tolak dalam kehidupan realitas dan menuntun kita pada realitas itu. Karena itu, membaca cerita-cerita di dalam buku ini membuat kita seakan melihat langsung aneka peristiwa yang diceritakan. Kita bisa tertawa dan tersenyum karena cerita itu, tetapi kita juga bersedih dan terusik oleh keadaan yang diceritakan.
Karena itulah maka kita bisa memahami mengapa LSB bersetuju ketika ada usulan untuk menjadikan buku ini sebagai bahan diskusi mereka.
Sekali lagi, buku ini memang buku yang istimewa. Simak saja sendiri.

Baca Selengkapnya...

Selasa, 03 April 2012

Menimang Perahu Demokrat Kalbar

Perahu Demokrat Kalbar menjadi tumpangan politik yang sedang menjadi pusat perhatian. Sejumlah tokoh mendaftarkan diri menumpang perahu ini. Mereka akan dinilai DPP Demokrat: siapa yang layak dialah yang menjadi penumpangnya kelak.
Seperti diberitakan, tokoh yang mendaftar menggunakan perahu ini ada belasan orang. Dari jumlah itu, terdapat nama Cornelis, Armyn Ali Anyang, Tambul Husin. Tiga nama ini selama ini menjadi perbincangan karena kans mereka melaju lebih besar.

Walaupun posisi tidak sama, namun, sebenarnya, dilihat dari sisi peta kekuatan dukungan, Cornelis sudah bisa dipastikan maju. Perahu PDIP Kalbar cukup besar untuk tumpangan politik. Sementara Tambul Husin kononnya sudah memiliki gandengan perahu politik, sekalipun gandengan itu adalah perahu-perahu kecil. Perahu yang benarnya agak rentang oleh ombak dan gelombang.
Sedangkan Armyn, sejauh ini masih belum dipastikan tumpangannya. Partai yang disebut-sebut akan memberikan tumpangan padanya masih belum menyatakan secara pasti dan terbuka. Peluang Armyn menumpang perahu sedang besar ini sangat terbuka, meskipun kemungkinan tidak jadi juga ada. Oleh sebab itu, dilihat dari sudut ini, tumpangan Demokrat menjadi sangat penting bagi Armyn.
Tetapi, tentu dunia politik dipenuhi intrik dan maneuver. Perubahan sikap dalam politik biasa terjadi sebelum keputusan diambil. Bahkan, sering orang mengingatkan perubahan politik bisa berlaku dari menit ke menit. Bukan lagi dari bulan ke bulan atau dari pekan ke pekan.
Dunia politik juga mengandalkan perhitungan cermat dan detail. Termasuk perhitungan fulus. Orang sering mengaitkan politik dengan biaya politik. Orang sering mengatakan politik mempertimbangan keuntungan, dan keuntungan yang paling dominan ditimbang adalah keuntungan financial.
Perahu politik ada mesin politiknya. Dan mesin politik itu digerakkan dengan ‘minyak’ yang harus dibeli dengan uang. Minyak itu kadang kala hitungan miliaran rupiah.
Oleh sebab itu, sering kali harus dimaklumi bahwa perkara tumpangan menuju kursi kekuasaan dan idaman, bukan soal apakah perahu politik itu sudah bermuatan atau masih kosong. Bukan juga soal kasihan atau tidak karena calon penumpang itu belum ada tumpangan. Bukan juga soal kualitas orang yang akan diberikan tumpangan dan kapasitas kemenangan yang akan diraih kelak.
Kita perlu mengingatkan semua ini agar ekspektasi kita tidak terlalu muluk kepada Demokrat, dan juga kepada partai politik lain. Mudah-mudahan kelak tidak ada rasa kecewa yang mendalam jika keputusan berbeda dari harapan.
Namun, senyampang dengan itu, kita juga perlu mengingatkan para politisi yang ada di partai untuk mempertimbangankan harapan dan ekspektasi masyarakat yang menginginkan perahu politik ditumpangkan untuk calon yang memang memiliki kapasitas kepemimpinan, lebih besar ketimbang mereka memberikan tumpangan untuk calon penumpang yang mampu membeli minyak untuk mesin politik lebih banyak. Semoga.

Baca Selengkapnya...