Oleh Yusriadi
Suprises. Ungkapan itu meluncur dari mulut Sutarmidji seperti dikutip Borneo Tribune kemarin (27/10) sesaat setelah melihat hasil perhitungan suara yang diperolehnya.
Saya kira kejutan sebenarnya yang dirasakan Sutarmidji bukan karena kemenangan itu. Kejutan sebenarnya terjadi karena Sutarmidji bisa menang tanpa harus masuk ke putaran kedua.
Masalahnya, sebelum tanggal 25 Oktober banyak ramalan, bahwa Pilwako Pontianak akan berlangsung dua putaran. Calon-calon yang bertarung cukup banyak, ada 7 calon, dan masing-masing memiliki kapasitas yang mungkin akan mendongkrak suara.
Pasangan Haitami - Deden, diramalkan akan mendapat dukungan di atas 20 %. Suara dasar yang dimiliki pasangan ini saja sudah mencapai 40 ribu. “Tinggal menambah sedikit saja, pasti sudah menang,” begitu prediksi.
Haitami, Deden dan tim sukses mereka sudah meyakini hal itu. Apalagi dalam jajak pendapat beberapa waktu lalu pasangan ini mendapat ‘tempat’ di hati rakyat kota.
Pasangan Oscar – Hartono (ObamA) juga sangat mungkin melaju. Sekalipun mereka bukan favorit. Orang meramalkan pasangan ini bisa menjadi kuda hitam. Oscar memiliki karisma tersendiri. “Dia ganteng. Enak dilihat. Bicaranya pun ok,” kata seorang pemilih perempuan.
Hartono juga politisi Tionghoa yang sudah punya nama dan jasa di kota Pontiana. Ketua Partai Demokrat Kota ini duduk sebagai anggota DPRD Kota Pontianak.
Selain itu, bergabungnya para politisi senior dan tokoh-tokoh dalam tim ini membuat orang punya harapan bahwa ObamA akan sukses mendapat dukungan masyarakat kota.
Dengan modal dasar ini, pasangan ini sangat mungkin melaju ke putaran berikutnya.
Pasangan Abduh – Thaha (Duta) juga diramalkan punya kans besar untuk menang. Dukungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi modal utama mereka. Gerakan door to door kader PKS agar masyarakat kota memilih Duta sangat gencar. Walaupun mungkin tidak selalu berhasil, paling tidak ‘kampanye’ seperti ini akan mempengaruhi pertimbangan pemilih.
Harso dan Awaludin (Harkad) dianggap calon yang memiliki peluang paling besar dibandingkan calon lain. Sebagai satu-satunya calon yang beretnik Tionghoa, Harso akan membuat dukungan komunitas ini jadi padu. Jumlah orang Tionghoa di Pontianak diperkirakan 30-an per sen. (Ada yang menyebutnya 32 dan 36 per sen). Jika dukungan bulat, berarti Harso mendapat suara 30 per sen. Belum lagi ditambah jumlah orang bukan Tionghoa yang mendukung Awaludin. Karena itu amat wajar kalau pasangan ini sempat optimis menang dalam Pilwako ini. Orang menduga suara Tionghoa bulat karena belajar dari pengalaman Pilwako Singkawang saat orang Tionghoa dianggap ‘bulat’ mendukung Hasan Karman, dan dalam Pilkada Kalbar, saat orang Tionghoa dianggap bulat mendukung Cornelis – Christiandy Sanjaya. Christiandy adalah satu-satunya calon yang berasal dari komunitas Tionghoa.
Tetapi, Hersan juga tidak dipandang sebelah mata. Ketua DPRD Kota yang juga Ketua Golkar Kota Pontianak dianggap memiliki kans kuat. Mesin politik Golkar masih dianggap solid memberikan dukungan kepadanya. Jika pendukung Golkar Kota selama ini berpihak kepada Hersan, tokoh popular ini memiliki peluang yang sangat besar. Amunisinya juga kuat. Amunisi ini akan menggerakkan jentera politik Hersan.
Meskipun tidak terlalu diunggulkan, namun pasangan Sri Astuti – Eka Kurniawan juga sangat mungkin melaju. Melalui programnya Pendidikan Usia Dini (PAUD) dan PKK, pasangan Setia Kawan ini sudah memiliki jaringan. Belum lagi jika mesin politik PDIP –karena Eka adalah Ketua PDIP Kota, berjalan kencang. Kalau Buchary menggerakkan orang-orang yang selama ini loyal kepadanya, kekuatan pasangan ini juga akan bertambah.
Saya kira melihat peta kekuatan dan prediksinya, Sutarmidji seperti diakuinya sudah mempersiapkan Pilkada dalam dua putaran. Dan dia meramalkan kemenangannya dalam putaran kedua.
Tetapi, dalam perhitungan suara kemudian, ternyata Sutarmidji menang satu putaran. Perolehan angka dukungan melebihi 30 per sen. Inilah kejutan sesungguhnya Sutarmidji. Dan sebenarnya kejutan banyak pengamat. “Saya prediksikan 50 per sen pasti akan terjadi putaran kedua,” kata Jumadi, pengamat politik dari Untan Pontianak, seperti dimuat media.
Lalu, bagaimana Sutarmidji bisa menang hanya dalam satu putaran. Saya kira itu pertanyaan yang menarik.
Saya sendiri menduga kemenangan satu putaran terjadi karena menjelang pemilihan banyak orang berubah sikap. Orang yang semula mendukung calon tertentu, beralih pilihan mendukung Sutarmidji karena hasil survey terakhir yang sempat berhembus. Kabar angin menyebutkan survey terakhir Sutarmidji unggul. Ada juga kabar angin yang menyebutkan Harso yang unggul.
Kabar kemenangan Harso membuat sebagian pemilih yang beragama Islam khawatir. Pemilih rasional tertentu juga khawatir. Kekhawatiran sebagian pemilih Islam muncul karena Harso orang Tionghoa dan beragama Katolik. Sebagian umat Islam belum siap dipimpin oleh walikota yang beragama lain, karena mereka beranggapan merekalah yang lebih layak memimpin. Penilaian ini muncul karena jumlah penduduk yang beragama Islam di kota Pontianak mencercah angka 60-70 per sen.
Beberapa teman yang memberikan suara pada 25 Oktober itu, ketika saya tanyakan, siapa yang mereka pilih? Mereka mengatakan memilih calon yang menang.
“Siapa calon yang menang?”
“Sutarmidji”.
Padahal sebelumnya ada di antara mereka yang mendukung calon lain.
Saya rasa pasti bukan teman saya saja yang memberikan pilihan dengan alasan yang sama. Agaknya sikap pemilih seperti inilah yang membuat Sutarmidji, dan pengamat surprise.
Jumat, 31 Oktober 2008
Surprise Sutarmidji
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar