Oleh: Yusriadi
Peneliti sejarah dan budaya Melayu Kalbar, khususnya Melayu Pedalaman pasti mengenal sosok Zahry Abdullah. Sosok yang dikenal dengan nama lengkap Datuk Abang Drs. H Zahry Abdullah ini dikenal sebagai orang yang memiliki pengetahuan yang sangat dalam tentang sejarah keluarga dan kerabat kerajaan Melayu di Kalbar. Mulai dari kerajaan Bunut, hingga Sanggau.
Tok Olah –demikian orang dekat biasa memanggilnya, dapat bercerita panjang lebar tentang orang-orang penting pedalaman, hingga sanak familinya. Beliau dapat bercerita tak putus-putusnya jika sudah bicara siapa beranak siapa, siapa menurunkan siapa, bagaimana ceritanya, dll.
Sering kali pendengar terpana dengan kebolehannya.
Beliau berbeda dengan banyak ‘pencerita sejarah’ kebanyakan. Kelebihan beliau adalah, jika beliau bercerita, beliau bercerita dengan bukti. Beliau dapat menunjukkan ‘peninggalan’, silsilah, dan contoh-contoh yang meyakinkan. Tidak asal sebut, tidak asal ngecap.
Beliau sudah menerbitkan tulisan tentang sejarah-sejarah pedalaman itu. Antara lain, Sejarah dan Perkembangan Islam di Sanggau, Hubungan Orang Iban dan Islam di Kapuas Hulu.
Beliau sering tampil sebagai pembicara; baik seminar tentang Melayu di Kalbar, maupun dalam seminar di luar negeri –khususnya Brunei dan Malaysia.
Kelebihan inilah yang membuat beliau terkoneksi dengan banyak peneliti; baik peneliti dari Kalbar, Jakarta, maupun dari Malaysia dan dunia. Peneliti sejarah seperti L. Andaya pernah berkorespodensi dengan beliau. Beliau memiliki koneksi dengan orang-orang dari lembaga pelestari sejarah seperti Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, atau Muzium Brunei.
***
Tentu saja taraf yang dicapai sekarang ini tidak jadi dengan sendirinya. Semua itu dicapai melalui perjalanan panjang beliau. Semua itu dicapai dengan usaha beliau. Semua itu dicapai dengan kemauan belajar dan menggali informasi. Hal yang kecil dan sederhana di mata banyak orang, di mata beliau merupakan hal yang menarik dan istimewa.
Beliau mengumpulkan banyak tulisan tangan orang-orang tua dahulu; mulai tulisan tentang fiqh, hingga surat-surat biasa. Beliau mengumpulkan benda-benda lama, apa saja. Beliau juga mengumpulkan batu-batu unik, akar-akar pohon, dll.
“Dulu, orang sering bilang, saya orang gila,” katanya, pekan lalu.
Saat itu beliau menunjukkan sebuah manuskrip tulisan tangan tentang tarikat di Kalbar. Tulisan itu berbentuk huruf Arab Melayu. Beberapa hari sebelumnya, ada peneliti tarekat dari Semarang dan dari Departemen Agama RI, Jakarta, datang kepada beliau melihat naskah yang ditulis pada tahun 1333 H, atau hampir 100 tahun lalu.
Naskah itu sudah sempat lapuk, dan ada bekas gigitan rayap. Kini untuk penyelamatan, naskah itu dilaminting. Pasti gigi rayap akan susah merobek-robek plastic itu. Ini adalah salah satu contoh kegilaan beliau, dahulu.
Mengapa dikatakan orang lain, gila?
Gila, karena banyak menyimpan barang yang tidak ada gunanya. Beliau menyimpan tulisan tangan yang waktu itu tahun 1960-an, dianggap tulisan biasa. Tidak ada nilainya. Pada masa itu, tulisan seumpama akan dibiarkan begitu saja. Orang lain lebih suka menyimpan barang yang berharga.
Gila karena menyimpan barang yang tidak ‘ada gunanya’ itu hanya menyesakkan ruangan. Ruangan yang lapang menjadi sempit.
Meskipun disebut gila, namun beliau terus melakukannya. Beliau terus mengumpulkan barang yang menurutnya patut disimpan. Kadang, bila boleh dipinta, beliau meminta dari keluarga yang menyimpannya. Kadang jika harus dihargai, beliau menghargainya dengan nilai yang disepakati.
Minat dan kecintaan terhadap barang-barang lama sebagai hobby beliau, mendapat jalan karena kedudukan sosial yang tinggi ketika itu. Saat orang pedalaman rata-rata pendidikannya rendah, beliau dapat mengenyam pendidikan tinggi. Boleh dihitung orang seusia beliau yang berpendidikan perguruan tinggi.
Beliau juga satu di antara orang pedalaman yang bisa mencapai kedudukan politik cukup tinggi. Anggota DPRD Kapuas Hulu. Jabatan anggota Dewan merupakan jabatan yang dihormati; dihormati oleh orang kebanyakan, dihormati oleh para pejabat. Bupati yang dihormati orang kampung, juga menaruh hormat pada anggota Dewan. Bayangkan!
***
Kini, rumah beliau seperti muzium. Banyak lemari dan peti-peti penyimpanan barang. Rumah beliau menjadi tempat penyimpanan barang yang dikumpulkan sejak setengah abad yang lalu.
Penyimpanan itu, bisa diakses oleh orang lain. Beliau sangat terbuka. Beliau juga dapat menjelaskan tentang barang-barang yang dimiliknya, dengan panjang lebar.
Justru karena keterbukaan itu, beliau menjadi rujukan setiap penggalian informasi sejarah – khususnya sejarah pedalaman Kalbar.
Kedudukan ini, tentu terasa sangat penting bagi para penyusun sejarah lokal. Kedudukan ini yang membuat banyak orang menaruh respek pada beliau. Sumbangannya terhadap persejarahan Kalbar, khususnya persejarahan Melayu di Kalbar sangat besar. Beliau dapat menyumbang serpihan informasi dari sekian banyak informasi sejarah yang harus disusun oleh peneliti sejarah.
Hal inilah yang menyebabkan pekarjaan beliau dahulu yang dianggap gila, kini justru menjadi mulia. Jasanya tidak ternilai. Beliau dianggap sebagai penyelamat kepingan sejarah Kalbar.
Sayangnya, pengetahuan beliau yang dalam, belum semua tertulis. Masih banyak informasi yang tersimpan melalui ingatan dan disampaikan secara lisan.
Seharusnya, informasi itu ditulis. Namun, setakat ini, informasi yang diikat di ujung pena hanya baru sebagiannya saja. Malah mungkin apa yang sudah ditulis baru setetes dari lautan informasi yang dikuasainya.
“Saya agak susah menulis. Lebih mudah menceritakan. Yang muda-mudalah yang seharusnya membantu saya menulis,” katanya, beberapa waktu lalu.
Lalu, siapakah yang muda yang bersedia membantu menulisnya? Seharusnya ada. Seharusnya ada orang yang perduli untuk menulis informasi yang dikuasi Pak Olah.
Senin, 13 Juli 2009
Zahry Abdullah: Dulu Kerja Gila, Kini Kerja Mulia
Diposting oleh Yusriadi di 22.22
Label: Budaya Kalbar, Orang Melayu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar