Oleh Yusriadi
“Chasing tidak ada. Kondom ada”.
Saya terperangah ketika seorang pemilik konter HP di Khatulistiwa Plaza, Pontianak memberitahu saya. “Bah, gila benar!”.
Saya mengucapkan kata itu dalam hati. Dia tidak dengar. Namun, saya yakin dia pasti melihat reaksi saya yang nampak gusar.
Bayangkan: kondom! Ihh… saya sempat heran mengapa saya ditawari benda itu, padahal jelas yang saya cari adalah chasing HP.
HP saya sekarang perlu chasing baru; chasing lama sudah pecah. Sering jatuh. Tapi, ya ampun…. Kok mencari chasing Sony Ericsson R300 susah benar. Saya sudah mampir di banyak konter HP mencari chasing itu. Tetapi tidak ada yang jual.
Lalu, siang kemarin, saya mampir ke konter HP di Plaza Khatulistiwa itu.
Dan ketika saya bertanya tentang chasing, saya justru ditawari kondom.
Saya sempat masem-masem. Apakah wajah saya kelihatan sedemikian mesum sehingga orang berani menawarkan barang khusus untuk permainan di tempat tidur itu, di tempat begini? Owalah, sedihnya. Sebab, seumur-umur belum pernah saya ditawari kondom. Ditawari perempuan juga jarang sekalipun cukup sering juga nginap di hotel, termasuk di hotel yang ada itunya sekalipun. Konon, menurut teman, orang tidak berani menawarkan macam-macam karena wajah saya menunjukkan kesan serius.
Lalu, “Mengapa kondom dijual di konter HP?”
Setahu saya, kondom dijual di apotik atau di mini market. Kononnya dahulu, kondom juga bisa didapatkan lewat ATM. Konter HP yang saya tahu biasanya hanya jual HP, jual aserosis HP, jual pulsa. Lha, ini jual kondom? Saya langsung terbayang pada “Sutera” dan beberapa mereka lain. Saya tahu itu karena sering melihat kondom yang dijual di toko, meskipun seumur-umur, saya, belum pernah beli barang itu.
Apakah dunia sekarang sudah sedemikian janggal? Apa ceritanya?
“Kondom?”
Saya bertanya untuk memastikan agar pikiran saya tidak ngeres tak tentu rudu.
“Ya, kondom sony ericsson”.
Lelaki itu, kemudian meminta pelayan --wanita muda, mengambil kondom dimaksud.
Perempuan itu menyodorkan 4 kondom kepada saya.
“Oooo… ini dia kondomnya”.
Mereka tertawa mendengarnya.
Ya, bukan kondom yang saya pikirkan yang mereka angsurkan kepada saya. Kondom ini, rupanya sarung untuk handphone. Bahannya dari karet. Bentuknya seperti chasing juga. Malah kesan saja, kondom untuk HP ini lebih mengesankan. Apalagi warna yang ditawarkan juga kinclong.
Ingin saya mengetahui mengapa karet pelindung ini diberi nama kondom. Kapan istilah ini muncul? Siapa yang memberikannya?
Saya tertarik ingin mengetahui sejarah kelahiran kata “kondom HP”. Ini bagian dari pelajaran saya, pelajaran linguistic; khususnya jika belajar etimologi – yaitu ilmu asal usul kata.
Tapi, saya tidak sempat bertanya. Petuga konter nampak sibuk. Saya hanya menduga-duga mengapa orang lebih memilih menggunakan istilah itu untuk karet pelindung HP, dan tidak menggunakan istilah lain yang kesannya lebih sopan. Bagi saya, mungkin istilah ini berkaitan juga dengan kecenderungan orang menggunakan istilah pelacuran intelektual, pemerkosaan hak asasi, onani pemikiran, pencabulan wilayah, dan sejenisnya. Ya, agaknya orang sekarang lebih familier dengan istilah-istilah seperti itu. Lalu, pada akhirnya, kita, mau tidak mau, memakainya juga.
Minggu, 07 Februari 2010
Kondom di Konter HP
Diposting oleh Yusriadi di 06.45
Label: Bahasa Media, Pontianak, Suara Enggang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar