Oleh Yusriadi
Pasar Tengah, Pontianak, adalah pasar rakyat kelas bawah di kota ini. Pasar Tengah tempat jualan barang murah. Terutama jenis peralatan rumah tangga, pertanian dan juga barang-barang bekas. Pasar Tengah juga dikenal sebagai tempat pembelian barang dalam partai banyak. Pedagang-pedagang dari pedalaman selalu berbelanja di pasar ini untuk barang jualan mereka di nun perhuluan sana.
Dahulu, sering kali saya ke pasar ini untuk mencari baju-baju bekas. Saya pernah mencari sepatu bola bekas, sepeda bekas, dan juga buku-buku cetak murah. Saya pernah mencari ikan asin di lorong-lorong di pasar tengah.
Saya menyusuri lorong, melihat kiri kanan, memilih barang. Berinteraksi dengan penjual yang menawarkan barang, dan kemudian tawar menawar. Ada juga banyak pembeli yang mampir ke kawasan ini. Dahulu, kalau hari Minggu, lorong-lorong tertentu di Pasar Tengah, puadat sekali. Berdesakan. Karena berdesakan itu ada yang memanfaatkan peluang mencopet. Ada banyak orang yang pernah punya pengalaman buruk dicopet di Pasar Tengah.
Sebenarnya saya sangat suka belanja di pasar tengah. Namun, kadang kala pasar itu terasa jauh. Susah letak motor. Khawatir banyak copet. Khawatir beli barang ditipu. Maklum, penjual kadang kala meletakkan harga pertama cukup tinggi dengan maksud agar pembeli menawar. Saya tidak pandai dan kurang suka menawar. Spekulasinya tinggi.
Saya lebih suka membeli barang yang harganya pas. Tidak spekulasi. Karena itulah kemudian saya lebih suka belanja di mall.
Saya masih terpengaruh oleh cerita mengenai rawannya pasar ini. Tetapi begitulah. Pandangan ini membuat saya agak sedikit malas ke pasar ini.
Sejak pemerintah kota mengubah tampilan Pasar Tengah, khususnya Parit Besar, memang kesan dari jalan, pasar ini berubah. Gerbang masuk ke lorong itu nampak dengan lampu yang kalau malam cukup indah. Nampak juga bangunan di atas parit lebih baik dibandingkan dahulu.
Saya mengunjungi pasar tengah kemarin bersama dua teman. Kami mencari tumbuhan obat. Teman mencari temu ireng (temu hitam) untuk obat sakit usus buntu.
Saya jadi ikutan mencarinya. Penasaran. Saya juga pengin mencoba. Jaga-jaga kesehatan. Lalu, sekalian saya mencari bawang mekah. Bawang mekah baik untuk pelbagai penyakit.
Kami masuk ke lorong sebelah kanan, parkir motor di situ. Parkir motornya nampak tertib. Di badan jalan. Dan ini membuat jalan jadi agak sempit. Pemerintah tidak menyediakan lahan khusus untuk parker. Kalau disediakan pasti jadi lebih baik, dan dengan begitu tidak ada lagi orang yang pakir di depan kios, di jalan yang sempit. Entah mungkin suatu saat.
Lorong yang kami masuki menjual aneka barang ‘antik’, alat pertanian, dll. Tetapi bukan itu yang kami cari. Lalu kami melalui jembatan, pindah ke lorong di seberang parit. Di bagian ini orang menjual sayur mayur, tanaman, buah, dll.
Kami berjalan perlahan. Dan berhenti di sebuah kios yang menjual jahe, kunyit, dll. Nama tanaman ada ditulis di atas secarik kertas di atas barang jualan yang diletakkan di atas badan jalan. Hanya nama. Saya bayangkan, duh, baiknya jika penjual juga mencantumkan harga barang. Tak perlu banyak tanya. Tak perlu takut tertipu.
Penjual, seorang lelaki dan seorang perempuan.
Teman saya bertanya, tentang temu hitam. Penjual lelaki menunjuk tumpukan dalam karung yang terbuka yang diletakkan agak di ujung tempat jualan. Kami menuju tempat itu.
“Lho, kok ndak hitam?” Dalam bayangan saya, temu itu warnanya hitam. Teman saya meminta izin mematahkan bonggolnya. Di dalam warna di dalamnya juga tidak hitam.
“Benar, ini dia,” teman saya berbisik.
Mereka bertransaksi dengan penjual wanita. Sedangkan saya memilih bawang mekah yang diletakkan di bagian atas, di lapak. Sudah lama saya ingin mendapatkan bawang itu.
“Untuk apa Pak? Untuk kanker ini bagus,” penjual lelaki bertanya pada saya.
Ketika saya mengatakan ya, dia kemudian menceritakan khasiat bawang mekah. “Akan lebih baik kalau dicampur dengan jerangau merah, kunyit putih dan keladi tikus”. Masing-masing ada fungsinya. Ada yang –katanya, untuk membunuh akar kanker, ada yang untuk mengeringkan bekas luka, dll. Saya tidak mengingatnya. Tetapi, penjelasan mereka sangat mengesankan.
Akhirnya saya membeli semua barang itu sesuai petunjuk dia. Kecuali, keladi tikus harus dipesan lebih dahulu, sebab mereka yang mengolahnya. Katanya, kalau orang tidak pandai mengolah keladi tikus, nanti airnya yang seharusnya diminum, akan menyebabkan gatal.
Setelah selesai transaksi, kami pulang. Sepanjang perjalanan saya memikirkan apa yang terjadi. Saya anggap ini perjalanan yang luar biasa. Saya sering ke sini, lewat di depan kios ini. Tetapi saya tidak tahu jika di lapak-lapak itu ada kekayaan hutan Kalbar; kekayaan yang luar biasa. Ini juga kekayaan pengetahuan orang Kalbar; pengetahuan tentang ilmu perobatan tradisional. Kekayaan itu belum digali, belum dieksplore. Belum banyak diketahui. Berkali-kali saya menggeleng kepala, takjub dengan apa yang saya peroleh di Pasar Tengah ini.
Saya membayangkan jika citra Pasar Tengah sebagai pasar tumbuhan obat tradisional dipromosikan dan dibentuk. Pasti akan lebih istimewa. Saya juga membayangkan jika pengetahuan tentang tanaman obat –khususnya tanaman yang memang tumbuh di tanah Kalbar ini digali oleh dosen dan mahasiswa farmasi di Kedokteran Untan. Bayangkan jika lembaga riset Kalbar memperhatikan kekayaan itu. Dll.
Uhgg.. betapa kayanya kita. Betapa istimewanya kita. Pasti kita tidak akan susah mendatangkan ornag luar berkunjung. Lha, untuk mendukung visit Kalbar year 2010 itu lho.
Sabtu, 30 Januari 2010
Tanaman Obat di Pasar Tengah
Diposting oleh Yusriadi di 06.05
Label: Borneo Tribune, Suara Enggang, Tentang Yusriadi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
siang pak...
saya mau tanya nama latin bawang mekkah tahu ngak ya pak?
soalnya saya lg cari nama latin dan kegunaannya.
Makasih sebelumnya
Siang pak,
Dimana kami bisa mendapatkan bawang mekah ini di Jakarta ? dan harganya berapa ?
Terima Kasih
Untuk Jeng Narti, Mas Gustiadi dan Bbelang. Terima kasih atas kunjungannya. Mas Gustiadi, info yang mas sampaikan sangat bermanfaat untuk saya dan untuk pembaca. Semoga penelitian teman doktor terlaksana dengan baik.
Mas Bbelang, saya kurang tahu. Tetapi kalau mau dikirim, pasti bisa.
Posting Komentar