Sabtu, 01 Maret 2008

Catatan Perjalanan ke Brunei 1: Amboi Busnya .....

Oleh: Yusriadi

22 Januari 2008. Saya bersama 5 teman dari Pontianak berangkat ke Brunei Darussalam. Tujuannya menghadiri Seminar Antarabangsa Dialek-dialek Austronesia di Nusantara (SADDAN) III yang diselenggarakan Universiti Brunei Darussalam (UBD) 24-26 Januari 2008.

Saya akan membentangkan makalah tentang: Kepelbagaian Bahasa Melayu di Hulu Sungai Kapuas. Sedangkan teman saya, Ibrahim, MA akan membentangkan tentang: Bilingualisme pada Masyarakat Melayu dan Iban di Badau, Kapuas Hulu. Ismail Ruslan, M.Si membentangkan makalah tentang: Etos Kerja Melayu Pontianak.


Kami tidak banyak tahu tentang Brunei. Pengetahuan hanya didapat dari cerita kiri kanan. Bertanya pada teman. Soal perjalanan, soal angkutan, soal penginapan, soal hidup. Malangnya, informasi satu dengan yang lain beda-beda. Jadinya kami repot sendiri. Sementara informasi dari panitia tidak cukup detiil. Maklum saja orang baru pergi ke tempat nun jauh pasti ada sedikit was-was: khawatir ini, khawatir itu, dll.
Dengan pengetahuan yang terbatas itu kami mencari tiket bis. Bis dianggap lebih murah dibandingkan naik pesawat. Itung-itung berhemat. Walaupun pasti waktunya lebih panjang. Kami memutuskan naik bis karena menganggap remeh soal perjalanan jauh. Kalau ke Brunei perjalanan ditempuh dalam waktu belasan jam, bagi kami itu biasa. Kira-kira perjalanannya sama jauh kalau ke Putussibau. Ke Putussibau perjalanan bisa memakan waktu 18 jam. Kadang kalau lagi musim hujan perjalanan bisa sampai 20 jam lebih.

Mulanya kami hendak naik bis dari Pontianak ke Kuching –biasanya saya pakai SJS. Nanti turun di Batu 3 Kuching – terminal kota, lalu melanjutkan perjalanan ke Miri dengan bis Sarawak. Dari Miri sambung ke Brunei dengan van (sejenis mobil carry).
Tetapi, niat itu dibatalkan. Prof. Madya Dr. Haji Jaluddin Chuchu, dosen di UBD yang sering ke Kalbar memberitahu kalau ada bis dari Pontianak yang langsung ke Miri. Tak payah singgah di Kuching. “Mengapa tidak pilih yang langsung. Mungkin lebih enak langsung,” begitu kira-kira nasehatnya.

Dia lupa persisnya nama bis itu. Kami menduga kalau bukan Sri Merah, ya Tebakakng. Sebab bis itu milik perusahaan Malaysia. Lebih mungkin mereka melayani rute Kuching- Miri. Sedangkan bis Indonesia kemungkinannya kecil. Dengar-dengar tidak mudah mendapatkan izin trayek.

Rupanya benar. Bis Tebakakng melayani rute ini. Pollnya di Jalan Diponegoro Pontianak, dekat simpang Gajahmada.

Ibrahim dan Ismail mengurusnya. Kami memesan tiket langsung ke Miri, pulang pergi. Biayanya Rp 760 ribu per orang, kata sudah termasuk diskon. Nanti dari Miri ke Sungai Tujoh –perbatasan Malaysia – Brunei, kami naik bis milik syarikat Berlima. Begitu rencananya.

***

Pukul 21.00 malam. Kami bertolak dari Pontianak. Naik bis Tebakang bagi saya adalah pengalaman baru. Biasanya saya memilih naik SJS. Kalau tidak kami memilih naik bis Damri.

Masuk ke dalam bisa menyajikan kesan ‘bah’ dalam hati saya. Bus punya kursi sofa –begitu saya menyebutnya. Lebar, bisa untuk baring melengkung. Tetapi posisi sandarannya tidak bisa distel. Busa tempat duduknya ‘agak tipis’. Ada beberapa bagian sofa yang sudah bergaris-garis hitam bekas debu atau daki. Pasti sudah berumur. AC bis cukup dingin. Tetapi, alamak, lubang AC tidak bisa ditutup, hanya bisa dialihkan. Bis yang biasa saya tumpangi, lubang ACnya bisa ditutup. Putar saja! Bis ini juga tidak ada WC. Jadi kalau mau kencing harus minta kepada sopir agar berhenti. Kalau ndak, tahan sendiri sampai ngompol. Agaknya.

Saya pikir, bis ini terlalu tua ukuran melayani perjalanan ke Malaysia. Mungkin untuk layanan ke Putussibau bus seperti ini masih kategori baik.

Tidak cukup banyak penumpang malam itu. Hanya belasan orang saja. Saya pikir, semua orang berangkat tujuan Brunei. Atau setidaknya semua penumpang malam itu adalah penumpang jurusan Kuching – Miri. “Ini ‘kan bis tujuan Miri”, pikir saya.
Saya tidak bertanya pada penumpang lain.

Selama perjalanan saya memilih tidur. Saya lihat penumpang lain juga begitu. Apalagi teman saya yang minum antimo. Tidurnya sangat nyenyak.
Saya bangun ketika bis berhenti di sebuah rumah makan di sekitar Sosok. Saya pilih makan mie (mie gelas) untuk menghangatkan perut. Saya lihat Bang Kris juga begitu. Ada teman yang memilih nasi.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan.
Kami sampai di perbatasan Entikong, sekitar pukul 04.00 pagi. Kami turun. Ibrahim mengajak ke Mushalla di kiri pintu masuk. Ada banyak calo menawarkan jasanya mengisi formulir Imigrasi.

Pukul 05.00 pintu pagar batas dibuka. Kami antri di depan loket Imigrasi Indonesia. Cop paspor. Beberapa pelintas yang ingin ke luar negeri sempat dipersoalkan. Termasuk teman saya. Paspor teman saya tidak ada cop (stempel) masuk, hanya ada cop keluar. Tetapi, semuanya dapat diurus. Beres.

Sekitar pukul 07.00 melewati Imigresen Tebedu. Di sini ada juga sedikit hambatan. Pengalaman saya hampir selalu ada penumpang yang ‘diproses’ agak lama di batas. Entah, mungkin karena petugas curiga penumpang tersebut masuk ke Malaysia mau cari kerja. Saya mendengar percakapan orang tentang proses pemeriksaan pasport.

Bus bergerak lagi. Beberapa kilo meter dari batas ada pos pemeriksaan polis. Saya selalu merasa janggal sebab yang diperiksa polisi adalah paspor. Dalam bayangan saya seharusnya urusan paspor itu adalah urusan Imigrasi. Bukan urusan polis. Bagi saya pemeriksaan seperti ini memperlambat perjalanan. Buang-buang waktu.

Satu jam kemudian kami sampai di Serian. Penumpang tujuan ke arah Miri berhenti di sini. Selain kami, hanya beberapa orang saja yang turun. Tadinya saya duga semua penumpang bus, tujuannya ke arah Miri. Salah!

Saya juga salah menduga bus yang kami tumpangi dari Pontianak langsung menuju Miri. Rupanya, kami harus transit. Kami harus menunggu bus jurusan Kuching - Miri pukul 5 sore! Menunggu di tempat penjualan tiket selama lebih kurang 10 jam. Untung di tempat tunggu ini ada kamar yang besar –walau tidak cukup bersih dan ada kamar mandi. Ada tempat makan. Dan dekat pula kalau mau pergi ke pasar.

Kami menunggu sambil tidur. Capek tidur, kami berjalan di pasar Serian. Kembali ke penginapan dan tidur lagi. Bersambung.


2 komentar:

Anonim mengatakan...

sungguh menarik perjalanan nya....mungkin lebih enak perjalanan pagi/siang hari, jadi bisa menceritakan pemandangan dan tempat2 menarik selama perjalanan. tapi ini jg cukup menarik, di tunggu lanjutannya.
saya jg ingin melakukan traveling ke brunei Via pontianak,tks

Anita mengatakan...

Halo,
Apakah Anda secara finansial turun? adalah bisnis Anda menangis untuk kebangkitan keuangan, telah Anda mencari pinjaman di bank dan tangan pemberi pinjaman yang salah dan Anda di mana menolak? mencari lagi, beberapa pemberi pinjaman di sini tidak bersedia untuk membantu Anda, semua yang mereka inginkan adalah untuk merobek Anda uang Anda sulit diperoleh, menipu warga yang tidak bersalah dan meningkatkan rasa sakit mereka. Kami adalah pemberi pinjaman dapat diandalkan dan kami memulai program pinjaman ini untuk memberantas kemiskinan dan menciptakan kesempatan bagi yang kurang istimewa untuk memungkinkan mereka membangun sendiri dan menghidupkan kembali bisnis mereka. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami melalui email: anitacharlesqualityloanfirm@gmail.com dan mengisi formulir di bawah ini.

Peminjam DATA.
1) Nama Lengkap: ......... 2) Negara: ...... 3) Alamat: ......... 4) Jenis kelamin: ..................
5) Status Pernikahan: ... ..... 6) Pekerjaan: .......... Nomor 7) Telepon: ........................... 8) Saat ini posisi di tempat kerja: .... ............ 9) Monthlyincome ...... ...................
10) Pinjaman Durasi: ............... 11) Tujuan Pinjaman: ............... 12) Agama: ............
13) Tanggal lahir: ........................

silahkan mengajukan permohonan perusahaan yang sah, keberhasilan Anda adalah tujuan kami.