Yusriadi
Borneo Tribune
Seorang teman –peserta pelatihan penelitian dosen STAIN Pontianak, melakukan ‘penelitian’ di sebuah lokasi pemukiman di kota Pontianak. Saat melakukan penelitian dia terkejut.
“Saya mewancarai seorang seorang pemuda. Dia bilang, pemerintah pernah mengadakan pelatihan keterampilan pertukangan untuk mereka, dan kemudian memberikan bantuan alat pertukangan. Para pemuda mengikuti pelatihan, dan mereka menerima bantuan itu dengan senang hati. Mereka membawanya pulang ke rumah. Tetapi apa yang terjadi kemudian? Beberapa hari setelah itu alat pertukangan yang diberikan pemerintah mereka jual,”.
Saya dan beberapa teman yang mendengar temuan itu terkejut. Pemuda berhasil menipu pemerintah! Sebagian besar dari kami yang mendengar informasi itu tertawa. Tertawa pada ‘kecerdasan’ pemuda-pemuda itu.
“Hebat kali,”
Saya merenung. Saya lantas teringat ‘proyek’ yang akan digarap oleh Walikota Pontianak, Sutarmidji, M.Hum. Sutarmidji ada proyek besar: merehab rumah penduduk miskin kota. Sutarmidji ingin mewujudkan janji politiknya.
Banyak orang yang menunggu janji politik itu. Bahkan, menagihnya.
Saya termasuk orang yang menunggu realisasi janji. Saya juga ingin melihat bagaimana janji itu ditunaikan. Saya juga akan merasa senang kalau tidak ada lagi rumah penduduk yang beratap daun. Harapan kita, semua orang dapat merasakan tempat berteduh yang baik.
Tetapi, tentu saya khawatir jika perhatian terhadap soal kemiskinan kota berhenti pada tampilan fisik. Saya membayangkan jika perhatian berhenti sampai di sini, jadinya bantuan yang diberikan Sutarmidji akan sama seperti bantuan alat pertukangan yang diberikan pemerintah kepada pemuda yang diceritakan teman saya tadi.
Sama dalam artian, bantuan itu tidak menyentuh kebutuhan esensi masyarakat. Masyarakat berterima kasih terhadap bantuan yang diberikan. Masyarakat senang. Tetapi, hanya di mulut. Di dalam hati mereka tidak senang. Mereka tidak memerlukan bantuan itu.
Saya jadi teringat nasehat Pengangguran, rumah atap daun, adalah fenomena. Ini adalah akibat. Mengatasi pengangguran dengan membuka lapangan kerja, atau mengatasi atap daun dengan bantuan atap zing, adalah seperti menghalau asap dengan meniup asap itu. Asap memang akan hilang, namun, akan datang lagi. Asap akan terus muncul selagi sumber asap tidak dipadamkan. Kalau mau asap hilang, cari apinya. Padamkan saja apinya.
Saya sangat yakin, kalau mau, Sutarmidji akan dapat menemukan asap itu. Dan dia akan dapat memadamkannya. Bahkan, lebih dari itu saya yakin dia akan menemukan alternatif untuk membawa masyarakat miskin itu menjadi masyarakat yang kaya, berdaya dan kuat.
Saya yakin kepada kemampuan Sutarmidji. Dia seorang cendikia. Sebagai garansi, dia adalah lulusan magister hukum dari Universitas Indonesia. Universitas Terbaik di Indonesia. Selama ini Sutarmidji mengajar. Dosen. Wawasannya sangat luas. Otaknya encer. Visinya kuat. Meyakinkan. Dia tidak akan mengecewakan masyarakat kota. Tunggu saja.
Sabtu, 27 Desember 2008
Sutarmidji dan Masyarakat Kota Pontianak
Diposting oleh Yusriadi di 00.37
Label: Pontianak, Suara Enggang, Tentang Yusriadi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar